Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Labels

Rabu, 23 November 2011

Semut dan Burung

[Tulisan ini saya buat dalam rangka mengikuti lomba penulisan artikel]


Illustrasi seekor semut yang sedang mengangkat tiga buah roti dan burung yang sedang membuka paruhnya tersebut mengingatkan saya akan sesuatu pengalaman tersendiri yang pribadi. Semut itu adalah orang yang menjadi role model / panutan saya saat ini yaitu para peserta Paralympic (sejenis Olimpiade yang ditujukan khusus kepada orang-orang dengan keterbatasan fisik), dan burung itu adalah saya sendiri. Mengapa demikian? Berikut saya jabarkan.
Semut tersebut berukuran sangat kecil jika dibandingkan dengan roti yang diangkatnya itu, akan tetapi dia masih sanggup untuk mengangkatnya (bahkan tiga keping sekaligus). Hal ini bagi saya mengartikan bahwa terkadang orang dengan keterbatasan fisik yang seadanya (atau malah cacat) justru mampu mengangkat beban (menghadapi beban) yang jauh lebih berat dan besar dibandingkan dirinya. Roti yang diangkat di punggung semut itu sendiri adalah makanan juga bagi sang semut, menandakan bahwa semut tidak menganggap bahwa beban di punggungnya itu adalah masalah, melainkan adalah suatu perjuangan untuk memperoleh kemakmuran. Para peserta Paralympic itu adalah kalangan orang dengan segala kepercayaan dirinya dan akhirny mampu mengubah keterbatasan dirinya menjadi pemacu semangat hidup untuk terus berkarya meniti masa depan.

Burung yang lebih besar ukurannya dengan semut tersebut dan juga sedang membuka paruhnya adalah representative dari diri saya sendiri, dimana terkadang apa yang telah kita miliki tidak kita hargai atau manfaatkan dengan sebaik-baiknya dan sewajarnya. Justru kita seringkali hidup dalam bayangan orang lain, mengagumi seseorang. Tapi, justru terlalu fokus dengan apa yang telah dikerjakan oleh semut, makanya meskipun burung berdaging tebal dan juga memiliki sayap, akan tetapi tetap merasa kesulitan pula dalam mengikuti kata hati yang sesungguhnya.

Satu hal yang saya penting pegang sebagai prinisp dasar adalah bahwa kehidupan itu hanyalah sekali, maka patut bagi kita sebagai insan manusia yang hendaknya mengartikan hal itu sebagai pemicu perjuangan kita di masa-masa sulit untuk tetap bertahan dan mendapatkan hasil indah sesuai dengan yang diinginkan. Isilah dengan beragam hal yang berguna dan tidak merugikan orang lain maupun diri sendiri. Pantang menyerah untuk mengejar impian, ingatlah bahwa apabila Thomas Alva Edison putus asa pada percobaan ke-1999 nya, mungkin bukan dia yang menemukan lampu pijar. Kita tidak akan pernah tahu tentang kejadian masa depan. Kita hanya akan mampu untuk menebaknya dengan segala kerja keras dan keyakinan diri kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar