Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Labels

Senin, 23 November 2009

Antropologi

Antropologi adalah suatu ilmu yang mempelajari manusia dan nenek moyangnya secara holistik (holistik berarti pengkajiannya secara menyeluruh).

Kajian Antropologi mengenai kondisi manusia baik di masa lalu, masa sekarang, maupun masa yang akan datang: biologis, masyarakat, bahasa dan kebudayaannya.

Tujuan dari mempelajari antropologi adalah:
-membangun pola yang dapat digunakan untuk menggeneralisasi perbedaan yang ada pada kehidupan manusia;
-mendorong kita untuk memiliki pemahaman baru terhadap hidup dan cara pandang dunia serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Hubungan Antropologi dengan ilmu lainnya adalah hubungan yang saling timbal balik dan erat. Antropologi memerlukan bantuan dari ilmu-ilmu lain sebaliknya ilmu-ilmu lain tersebut juga memerlukan bantuan antropologi.
Ilmu-ilmu tersebut diantaranya adalah psikologi, sejarah, geografi, geologi, ekonomi, paleoantologi, kesehatan masyarakat, administrasi, hukum adat, psikiatri, anatomi, politik, linguistik, dan arkeologi.

Penerapan antropologi dalam kehidupan sehari-hari.
-Antropologi dapat digunakan dalam berbagai bidang dan ilmu untuk mengidentifikasi masalah, memberi penafsiran, dan menyelesaikan masalah tersebut.
-Bidang dan ilmu yang memanfaatkan ilmu ini antara lain adalah pendidikan, rural, urban, media, dan bisnis.

Di Indonesia, antropologi digunakan untuk memberi bantuan dalam hal memecahkan masalah-masalah kemasyarakatan dan dalam hal perencanaan pembangunan nasional.

Menurut Koentjaraningrat, masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu adat istiadat yang bersifat kontinyu dan yang terikat oleh rasa identitas bersama.

Unsur-unsur dalam masyarakat adalah Interaksi antar warga masyarakat, Adat istiadat, Norma-norma hukum, Aturan-aturan khas yang mengatur seluruh pola tingkah laku warganya, Identitas yang khas, dan Kontinuitas waktu.

Unsur-unsur kebudayaan adalah Teknologi, Organisasi sosial, Sistem pengetahuan, Bahasa, Kesenian, Ekonomi, Religi, dan mata pencaharian.

Aneka warna masyarakat adalah komunitas, golongan sosial, kelompok, dan perkumpulan.

Menurut Sir Edward Taylor, kebudayaan adalah kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat, dan berbagai kemampuan serta kebiasaan yang manusia dapatkan sebagai anggota masyarakat.

Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa, dan karsa.

Perbedaan antara kebudayaan dengan peradaban.
Pada dasarnya keduanya memiliki arti yang sama. Hanya saja, peradaban dipakai untuk menyebut bagian-bagian dan unsur-unsur dari kebudayaan yang halus, maju, dan indah. Peradaban juga dipakai untuk menyebut suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi, ilmu pengetahuan, seni bangunan, seni rupa, sistem kemasyarakatan, dan masyarakat kota yang maju dan kompleks.

Pranata kebudayaan adalah kelakuan berpola dari manusia dalam kebudayaannya. Kelakuan manusia yang berpola tersebut dapat dirinci menurut fungsi-fungsi khasnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dalam masyarakat.

*Pranata yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan kehidupan kekerabatan; seperti perkawinan.

*Pranata yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan mata pencaharian, memproduksi, menimbun, dan mendistribusikan barang/benda/harta; seperti pertanian, dan peternakan.

*Pranata yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan ilmiah manusia dalam mengungkap alam semesta; misalnya metode ilmiah.

*Pranata yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan akan pendidikan dan penerangan; misalnya pers dan pengasuhan anak.

*Pranata yang bertujuan untuk menyatakan rasa keindahan dan pengisian waktu luang; misalnya olahraga, dan seni rupa.

*Pranata yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk berhubungan dengan Tuhan dan alam gaib; misalnya mesjid dan gereja.

*Pranata yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisik manusia; misalnya perawatan kecantikan.

*Pranata yang bertujuan untuk mengatur hidup secara berkelompok atau bernegara; misalnya pemerintahan, demokrasi, partai, kepolisian, dan militer.

Kebudayaan nasional bersifat khas dan harus dapat dibanggakan oleh warga negara yang mendukungnya. Sehingga mampu memberi identitas kepada warga dari negaranya dan tentunya bermutu tinggi.

Dinamika kebudayaan dalam masyarakat:
*Internalisasi yaitu proses panjang sejak seorang individu dilahirkan sampai ia hampir meninggal, dimana ia belajar untuk menanamkan dalam kepribadiannya segala perasaan, hasrat, nafsu, dan emosi yang diperlukannya sepanjang hidupnya.
*Sosialisasi yaitu proses dimana seorang individu dari masa anak-anak hingga masa tuanya belajar pola-pola tindakan dalam interaksinya dengan segala macam individu di sekelilingnya yang menduduki beraneka macam peranan sosial yang mungkin ada dalam kehidupan sehari-hari.
*Enkulturasi yaitu proses dimana seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran dan sikapnya dengan adat-adat, sistem norma, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya.
*Difusi yaitu proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan ke segala penjuru dunia.
*Akulturasi yaitu proses sosial yang timbul apabila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu, dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing lainnya, sehingga unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan awal, tanpa menghilangkan kepribadian dari kebudayaan itu sendiri.
*Asimilasi yaitu proses sosial yang terjadi apabila ada golongan-golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara intensif dan dalam waktu yang lama, sehingga kebudayaan dari masing-masing pihak berubah sifat dan unsur-unsurnya menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran.
*Inovasi yaitu proses pembaruan kebudayaan dengan menggunakan sumber-sumber alam, energi, dan modal, terutama dikhususkan untuk unsur teknologi dan ekonomi.
*Discovery yaitu penemuan suatu unsur kebudayaan yang baru, baik berupa alat baru maupun ide baru dari seorang individu atau suatu rangkaian dari beberapa individu dalam masyarakat yang bersangkutan.
*Invention yaitu hasil dari discovery yang diakui, diterima, dan diterapkan oleh masyarakat.

Bahasa adalah sistem ekspresi yang dianggap sebagai media yang digunakan untuk mentransfer pemikiran dari satu orang kepada yang lainnya.

Bahasa berdasarkan atas kesepakatan dan bersifat abriter (sewenang-wenang).
Bahasa dipengaruhi oleh sosial situasi, sosioekonomi, geografi, dan budaya.

Kegunaan bahasa adalah untuk membantu manusia dalam memahami dan menggunakan simbol, serta menunjukkan stratifikasi sosial penuturnya (dalam masyarakat tertentu).

Bahasa dalam masyarakat multikultur:
*homogenitas-heterogenitas
*bilingual-multilingual
*campur kode-alih kode
*interferensi

Keluarga berdasarkan adat:
- Adat utrolokal, yang memberi kebebasan kepada sepasang suami-istri untuk memilih tinggal di sekitar kediaman kaum kerabat suami atau di sekitar kediaman kaum kerabat istri (seperti masyarakat di pedesaan Jawa Tengah);
- Adat virilokal, yang menentukan bahwa sepasang suami-istri diharuskan menetap sekitar pusat kediaman kerabat suami;
- Adat uxorilokal, yang menentukan bahwa sepasang suami-istri harus tinggal sekitar kediaman kaum kerabat istri (masyarakat di Minangkabau);

Selasa, 17 November 2009

Pengantar Sosiologi

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari masyarakat dan proses sosial yang terjadi di dalamnya (interaksi dan struktur serta keterkaitan antar ilmu-ilmu sosial yang ada).

Sosiologi dikategorikan sebagai suatu ilmu, karena telah memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
>empiris: karena dilakukan melalui observasi dari kenyataan yang ada dan dapat diterima dengan akal sehat.
>nonetis: dimana sosiologi tidak mempermasalahkan baik buruknya suatu fakta, melainkan tujuan dari menyelesaikan masalah dalam fakta yang terjadi tersebut.
>teoritis: sosiologi memiliki kerangka unsur-unsur secara logis dan merupakan kesatuan sebab-akibat sehingga dapat dikaji secara teori.
>kumulatif: sosiologi berkembang dari ilmu-ilmu sosial lainnya dan terus mengalami perkembangan.

Budaya memiliki empat lapisan sebagai berikut:
>Lapisan pertama, yaitu wujud material, misalnya bangunan, alat-alat teknologi.
>Lapisan kedua, yaitu tingkah laku, misalnya ramah dan murah hati.
>Lapisan ketiga, yaitu sistem gagasan, masyarakat selalu membawa gagasan kemanapun mereka pergi. gagasan ini dapat berupa pemikiran.
>Lapisan keempat, yaitu nilai budaya, ketiga lapisan di atas membentuk suatu kesatuan yang memiliki nilai yang menjurus ke pembentukan kebudayaan.

Budaya memiliki unsur-unsur sebagai berikut (menurut Kluckhon):
>Teknologi
>Organisasi
>Sistem pengetahuan
>Bahasa
>Kesenian
>Ekonomi
>Religi

Sosiologi bermanfaat untuk:
>membantu kita memahami masyarakat dan dunia secara kritis;
>menghayati perbedaan-perbedaan yang ada di dalam masyarakat itu;
>memahami setiap tekanan dan kesempatan yang mempengaruhi hidup;
>membantu kita agar lebih bisa berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat.

Fungsi kebudayaan:
>mengatasi tekanan hidup;
>sebagai wadah dan wahana untuk mengembangkan diri;
>pedoman memenuhi kebutuhan hidup.

Masyarakat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
>manusia yang hidup bersama;
>hidup bersama dalam waktu yang cukup lama;
>mereka sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan;
>mereka adalah sistem hidup bersama, sistem hidup bersama yang memicu adanya interaksi dan menimbulkan kebudayaan.

August Comte melihat masyarakat sebagai tiga tahap:
>secara teologis: bahwa pada awalnya masyarakat mempercayai keteraturan sosial dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan supranatural;
>secara metafisis: yaitu transisi antara teologis menuju positif, dimana masyarakat mulai mempercayai kekuatan alam yang dapat dijelaskan secara akal sehat (rasional);
>positif: yaitu tahap dimana masyarakat telah mempercayai data-data yang bersifat empiris, yang didasarkan observasi terhadap realita-realita yang ada.

E.B. Tylor memberikan definisi mengenai kebudayaan sebagai suatu kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

Senin, 16 November 2009

Communication Skill [Year 1]

*Sejarah ilmu komunikasi
(menurut wikipedia): bermula dari suatu keterampilan mengelola surat kabar (yang dinamakan Zaitungskunde di Eropa, dan Jurnalistik di Amerika), kemudian berkembang dan berubah menjadi suatu disiplin ilmu yang dikenal dengan nama Ilmu Komunikasi.)
(menurut Bimay):
=pada awalnya komunikasi dianggap sesuatu hal yang biasa dalam kehidupan masyarakat.
=sejak abad 5SM, di Yunani berkembang ilmu retorike yang mengkaji proses pernyataan antara manusia. Ilmu tersebut berisi seni berdebat, berpidato, dan berargumentasi.
=pada masa Julius Caesar, dibuat "Acta Diurma" yang menandakan dikenalnya tulisan secara luas.
=ditemukannya kertas dan mesin cetak oleh Johannes Guttenberg (1400-1468).

*Komunikasi sebagai studi ilmiah, dimana ilmu komunikasi itu sendiri telah memenuhi kualifikasi sebagai berikut:
>obyektif: objek kajiannya berupa masyarakat dan media (termasuk perilaku peserta komunikasi itu sendiri).
>metodis: ilmu komunikasi memiliki metode kajian yang sama seperti ilmu-ilmu sosial lainnya.
>sistematis: ilmu komunikasi mengikuti struktur pembahasan dan analisa yang teratur.
>universal: ilmu komunikasi menyelidiki pernyataan antar manusia secara umum.


*Tiga kerangka pengertian komunikasi:
>komunikasi sebagai tindakan satu arah.
komunikasi yang tidak melibatkan tanya jawab, berorientasi pada sumber, kepentingan komunikator dipahami sebagai sesuatu yang terencana, penyampaian pesan dilakukan secara efektif dan bersifat instrumental (komunikasi sebagai alat untuk menginformasikan sesuatu dengan tujuan), dan bersifat persuasif. Struktur umumnya adalah sumber (source), pesan (message), saluran (channel), penerima (receiver), dan efek (effect).

>komunikasi sebagai interaksi
komunikasi yang memiliki tautan (sebab-akibat), dimana setiap peserta komunikasi secara bergantian menjadi pengirim dan penerima pesan. Akan tetapi pengertian kedua ini masih cenderung mekanis dan statis.

>komunikasi sebagai transaksi
terjadinya partisipasi aktif semua peserta komunikasi, dan pada saat yang sama juga dapat saling mempengaruhi. Pengertian ketiga ini cenderung menganggap komunikasi sebagai sesuatu yang dinamis (berubah-ubah).


*Perspektif mekanistis dalam komunikasi adalah pandangan yang menekankan pada proses penyampaian informasi itu sendiri (saluran/channel yang digunakan). Efek diyakini dapat diciptakan dengan menghilangkan gangguan-gangguan yang ada sepanjang pengiriman pesan tersebut. Bentuk umum dari perspektif ini adalah SMR (pada awalnya) yaitu Source-Message-Receiver, dan berkembang menjadi SMCRE yaitu Source-Message-Channel-Receiver-Effect.

*Prinsip-prinsip komunikasi:
1. Komunikasi merupakan proses simbolik;
2. Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi;
3. Mempunyai dimensi isi dan hubungan;
4. Berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan;
5. terjadi dalam konteks ruang dan waktu;
6. Melibatkan prediksi peserta komunikasi;
7. Bersifat irreversible;
8. Semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektif suatu komunikasi;
9. Bersifat nonsekuensial (tidak satu arah, melainkan dua arah);
10. bersifat sistemik (dipengaruhi oleh sistem internal ataupun eksternal);
11.bersifat prosesual, dinamis, dan transaksional;
12. Bukan merupakan panasea (obat mujarab) dalam menyelesaikan berbagai masalah.


*Model komunikasi antarpribadi:
>berlangsung secara spontan;
>tidak berstruktur;
>terjadi secara kebetulan;
>tidak mengejar tujuan yang direncanakan;
>identitas keanggotaannya tidak jelas;
>terjadi hanya sambil lalu.


*Persepsi adalah suatu aktivitas yang mengandaikan adanya proses penginderaan, atensi dan interpretasi.

Persepsi terdiri dari dua tingkatan secara khusus, yaitu:
>Persepsi terhadap lingkungan fisik (misalnya persepsi terhadap sebongkah tanah liat).
>Persepsi sosial yang berdasarkan pengalaman, bersifat selektif, dugaan, evaluatif dan kontekstual.

Persepsi dan hubungannya dengan budaya:
>kepercayaan, nilai, dan sikap.
>organisasi sosial.
>tabiat manusia.
>pandangan dunia .
>orientasi kegiatan (siapa yang melakukan dan apa yang dilakukannya).
>persepsi tentang diri dan orang lain (misalnya kolektivis ataupun individualis).


*Kekeliruan yang sering terjadi dalam persepsi:
>kesalahan atribusi, yaitu kesalahan dalam memahami apa yang melatarbelakangi perilaku orang lain.
misalnya kita sering berpersepsi bahwa seseorang itu rajin ketika secara kebetulan kita mendapati bahwa dia sedang mengerjakan tugasnya. Padahal mungkin saja waktu itu, dia sedang diawasi oleh atasannya sehingga menyebabkan dia mendadak menjadi rajin.

>efek halo, apabila suatu pernyataan yang biasa-biasa saja jika dikemukakan oleh seorang awam, akan tetapi akan berdampak luar biasa apabila dinyatakan oleh seorang tokoh yang berpengaruh.

>stereotip, adalah suatu penggeneralisasian persepsi terhadap orang-orang tertentu, baik secara suku, agama, gender, maupun bentuk fisik.
misalnya; *laki-laki berpikir rasional, ataupun orang Prancis itu romantis.

>prasangka, yaitu sikap tidak adil terhadap orang lain karena memberikan definisi atau pandangan tanpa mempertimbangkan faktor internal individu tersebut.

>gegar budaya, yaitu ketidakmampuan seseorang untuk beradaptasi dengan lingkungan sosialnya yang baru.

Ngedate Bareng Sosio Part II

1. Mengapa sarjana sosiologi perlu mempelajari atau menguasai ilmu komunikasi?
=> agar sarjana sosiologi tersebut mengetahui cara yang tepat untuk menginformasikan pandangan, pemecahan, ataupun pemahaman secara benar kepada masyarakat lingkungan sosialnya.

2. Apa yang Anda ketahui tentang August Comte?
=> yang saya ketahui tentang beliau adalah
August Comte atau juga Auguste Comte (Nama panjang: Isidore Marie Auguste François Xavier Comte;lahir di Montpellier, Prancis, 17 Januari 1798 – meninggal di Paris, Prancis, 5 September 1857 pada umur 59 tahun) adalah seorang ilmuwan Perancis yang dijuluki sebagai "bapak sosiologi". Dia dikenal sebagai orang pertama yang mengaplikasikan metode ilmiah dalam ilmu sosial.

Comte lahir di Montpellier, sebuah kota kecil di bagian barat daya dari negara Perancis. Setelah bersekolah disana, ia melanjutkan pendidikannya di Politeknik École di Paris. Politeknik École saat itu terkenal dengan kesetiaannya kepada idealis republikanisme dan filosofi proses. Pada tahun 1818, politeknik tersebut ditutup untuk re-organisasi. Comte pun meninggalkan École dan melanjutkan pendidikannya di sekolah kedokteran di Montpellier.

Tak lama kemudian, ia melihat sebuah perbedaan yang mencolok antara agama Katolik yang ia anut dengan pemikiran keluarga monarki yang berkuasa sehingga ia terpaksa meninggalkan Paris. Kemudian pada bulan Agustus 1817 dia menjadi murid sekaligus sekertaris dari Claude Henri de Rouvroy, Comte de Saint-Simon, yang kemudian membawa Comte masuk ke dalam lingkungan intelek. Pada tahun 1824, Comte meninggalkan Saint-Simon karena lagi-lagi ia merasa ada ketidakcocokan dalam hubungannya.

Saat itu, Comte mengetahui apa yang ia harus lakukan selanjutnya: meneliti tentang filosofi positivisme. Rencananya ini kemudian dipublikasikan dengan nama Plan de travaux scientifiques nécessaires pour réorganiser la société (1822) (Indonesia: Rencana studi ilmiah untuk pengaturan kembali masyarakat). Tetapi ia gagal mendapatkan posisi akademis sehingga menghambat penelitiannya. Kehidupan dan penelitiannya kemudian mulai bergantung pada sponsor dan bantuan finansial dari beberapa temannya.

Ia kemudian menikahi seorang wanita bernama Caroline Massin. Comte dikenal arogan, kejam dan mudah marah sehingga pada tahun 1826 dia dibawa ke sebuah rumah sakit jiwa, tetapi ia kabur sebelum sembuh. Kemudian setelah kondisinya distabilkan oleh Massin, ia mengerjakan kembali apa yang dulu direncanakannya. Namun sayangnya, ia bercerai dengan Massin pada tahun 1842 karena alasan yang belum diketahui. Saat-saat diantara pengerjaan kembali rencananya sampai pada perceraiannya, ia mempublikasikan bukunya yang berjudul Le Cours de Philosophie Positivistic.

Pada tahun 1844, Comte menjalin kasih dengan Clotilde de Vaux, dalam hubungan yang tetap platonis. Setelah Clotilde wafat, kisah cinta ini menjadi quasi-religius. Tak lama setelahnya, Comte, yang merasa dirinya adalah seorang penemu sekaligus seorang nabi dari "agama kemanusiaan" (religion of humanity), menerbitkan bukunya yang berjudul Système de politique positive (1851 - 1854).

Dia wafat di Paris pada tanggal 5 September 1857 dan dimakamkan di Cimetière du Père Lachaise.

Peninggalan
motto Ordem e Progresso ("Order and Progress") yang tertulis pada bendera Brazil terinspirasi dari motto postivisme August Comte: L'amour pour principe et l'ordre pour base; le progrès pour but ("Cinta sebagai sebuah prinsip dan perintah sebagai basisnya; proses sebagai tujuannya"). Kata-kata tersebut dijadikan motto karena berdasarkan fakta, orang-orang yang melakukan kudeta militer yang kemudian menjatuhkan monarki dan memproklamasikan Brazil sebagai republik adalah para pengikut pemikiran Comte.

Comte melihat satu hukum universal dalam semua ilmu pengetahuan yang kemudian ia sebut sebagai 'hukum tiga fase'. Melalui hukumnya ia mulai dikenal di seluruh wilayah berbahasa Inggris (English-speaking world); menurutnya, masyarakat berkembang melalui tiga fase: Teologi, Metafisika, dan tahap positif (atau sering juga disebut "tahap ilmiah").

Fase Teologi dilihat dari prespektif abad ke-19 sebagai permulaan abad pencerahan, dimana kedudukan seorang manusia dalam masyarakat dan pembatasan norma dan nilai manusia didapatkan didasari pada perintah Tuhan. Meskipun memiliki sebutan yang sama, fase Metafisika Comte sangat berbeda dengan teori Metafisika yang dikemukakan oleh Aristoteles atau ilmuwan Yunani kuno lainnya; pemikiran Comte berakar pada permasalahan masyarakat Perancis pasca-revolusi PerancisRevolusi. Fase Metafisika ini merupakan justifikasi dari "hak universal" sebagai hal yang pada [atas] suatu wahana [yang] lebih tinggi dibanding otoritas tentang segala [penguasa/penggaris] manusia untuk membatalkan perintah lalu, walaupun berkata [hak/ kebenaran] tidaklah disesuaikan kepada yang suci di luar semata-mata kiasan. Apa yang ia mengumumkan dengan istilah nya Tahap yang ilmiah, Yang menjadi nyata setelah kegagalan revolusi dan [tentang] Napoleon, orang-orang bisa temukan solusi ke permasalahan sosial dan membawa [mereka/nya] ke dalam kekuatan di samping proklamasi hak azasi manusia atau nubuatan kehendak Tuhan. Mengenai ini ia adalah serupa untuk Karl Marx Dan Jeremy Bentham. Karena waktu nya, ini gagasan untuk suatu Tahap ilmiah telah dipertimbangkan terbaru, walaupun dari suatu sudut pandang kemudiannya [itu] adalah [yang] terlalu derivative untuk ilmu fisika klasik dan sejarah akademis.

Hukum universal lain [yang] ia [memanggil/hubungi] ' hukum yang seperti ensiklopedi'. Dengan kombinasi hukum ini, Comte mengembang;kan suatu penggolongan [yang] hirarkis dan sistematis dari semua ilmu pengetahuan, termasuk ilmu fisika tidak tersusun teratur ( ilmu perbintangan, ilmu pengetahuan bumi dan ilmu kimia) dan ilmu fisika organik ( biologi dan untuk pertama kali, bentuk badan sociale, dinamai kembali kemudiannya sociologie).

Ini gagasan untuk suatu science—not khusus ras manusia, [yang] bukan metaphysics—for sosial adalah terkemuka abad yang 19th dan tidak unik ke Comte. Ambitious—Many akan kata[kan grandiose—way yang Comte membayangkan tentangnya, bagaimanapun, adalah unik.

Comte lihat ilmu pengetahuan baru ini, sosiologi, [seperti;sebagai;ketika] [yang] terbesar dan yang ter]akhir dari semua ilmu pengetahuan, apa yang itu akan meliputi semua lain ilmu pengetahuan, dan yang akan mengintegrasikan dan menghubungkan penemuan mereka ke dalam suatu [yang] utuh kompak.

Comte’S penjelasan Filosofi yang positif memperkenalkan hubungan yang penting antar[a] teori, praktek dan pemahaman manusia dunia. Pada [atas] halaman 27 yang 1855 [yang] mencetak Harriet Martineau’S terjemahan Filosofi Auguste [yang] Yang positif Comte, kita lihat pengamatan nya bahwa, “ Jika adalah benar bahwa tiap-tiap teori harus didasarkan diamati fakta, [itu] dengan sama benar yang fakta tidak bisa diamati tanpa bimbingan beberapa teori. Tanpa . seperti (itu) bimbingan, fakta [kita/kami] akan bersifat tanpa buah dan tak teratur; kita tidak bisa mempertahankan [mereka/nya]: sebagian terbesar kita tidak bisa genap merasa [mereka/nya]. ( Comte, A. ( 1974 cetak ulang). Filosofi yang positif Auguste Comte [yang] dengan [cuma-cuma/bebas] yang diterjemahkan dan yang dipadatkan oleh Harriet Martineau. New York, NY: ADALAH Tekanan. ( Pekerjaan asli menerbitkan 1855, New York, NY: Calvin Blanchard, p. 27.)

Ia coined kata[an] "altruism" untuk mengacu pada apa yang ia percaya untuk menjadi kewajiban moral individu untuk melayani (orang) yang lain dan menempatkan minat mereka di atas diri sendiri. Ia menentang;kan [itu] gagasan untuk [hak/ kebenaran] individu, pemeliharaan yang mereka tidaklah konsisten dengan etis diharapkan ini ( Ini ( Catechisme Positiviste).

[Seperti] yang telah menyebutkan, Comte merumuskan hukum tiga langkah-langkah, salah satu [dari] teori yang pertama evolutionism yang sosial: pengembangan manusia itu ( kemajuan sosial) maju dari theological langkah, di mana alam[i] secara dongengan dipahami/dikandung dan orang [laki-laki] mencari penjelasan [dari;ttg] gejala alami dari mahluk hal-hal yang gaib, melalui/sampai metaphysical langkah di mana alam[i] telah membayangkan sebagai hasil mengaburkan kekuatan dan orang [laki-laki] mencari penjelasan [dari;ttg] gejala alami dari [mereka/nya] sampai yang akhir [itu] Positive Langkah di mana semua abstrak dan mengaburkan kekuatan dibuang, dan gejala alami diterangkan oleh hubungan tetap mereka. Kemajuan ini dipaksa melalui/sampai pengembangan pikiran manusia, dan meningkat(kan) aplikasi pikiran, pemikiran dan logika kepada pemahaman dunia.

Di (dalam) Seumur hidup Comte's, pekerjaan nya kadang-kadang dipandang secara skeptis sebab ia telah mengangkat Paham positifisme untuk a agama dan yang telah nama [sen]dirinya Sri Paus Paham positifisme. Ia coined istilah " sosiologi" untuk menandakan ilmu pengetahuan masyarakat yang baru]]. Ia mempunyai lebih awal menggunakan ungkapan [itu], " ilmu fisika sosial," untuk mengacu pada ilmu pengetahuan masyarakat yang positif; tetapi sebab (orang) yang lain, [yang] khususnya Orang statistik Belgia Adolphe Quetelet, dimulai yang telah untuk menggunakan itu memasukkan [adalah] suatu maksud/arti berbeda, Comte merasa[kan kebutuhan [itu] untuk menemukan [itu] pembentukan kata baru, " sosiologi," a hybrid tentang Latin " socius" (" teman") dan Yunani"?????" ( Logo, " Kata[An]").

Comte biasanya dihormati [ketika;seperti] lebih dulu Sarjana sosiologi barat ( Ibn Khaldun setelah didahului dia di (dalam) Timur dengan hampir empat berabad-abad). Penekanan Comte's pada [atas] saling behubungan [dari;ttg] unsur-unsur sosial adalah suatu pertanda [dari;ttg] modern functionalism. Meskipun demikian, [seperti/ketika] dengan (orang) yang lain banyak orang [dari;ttg] Waktu Comte's, unsur-unsur [yang] tertentu [dari;ttg] pekerjaan nya kini dipandang sebagai tak ilmiah dan eksentrik, dan visi agung sosiologi nya [sebagai/ketika] benda hiasan di tengah meja dari semua ilmu pengetahuan belum mengakar.

Penekanan nya pada [atas] suatu kwantitatif, mathematical basis untuk pengambilan keputusan tinggal dengan [kita/kami] hari ini. [Ini] merupakan suatu pondasi bagi dugaan Paham positifisme yang modern, analisa statistik kwantitatif modern, dan pengambilan keputusan bisnis. Uraian nya hubungan siklis yang berlanjut antar[a] teori dan praktek dilihat di sistem bisnis modern Total Manajemen Berkwalitas dan Peningkatan Mutu Berlanjut [di mana/jika] advokat menguraikan suatu siklus teori [yang] berlanjut dan praktek melalui/sampai four-part siklus rencana,, cek, dan bertindak. Di samping pembelaan analisis kuantitatif nya, Comte lihat suatu batas dalam kemampuan nya untuk membantu menjelaskan gejala sosial.


3. Apa syarat-syarat sebuah ilmu dikatakan ilmiah?
=> jika ilmu tersebut rasional (dapat diterima oleh akal sehat secara logika), terukur, dan bisa diuji (dapat diverifikasi oleh semua pihak dan telah melewati hasil eksperimen sebelumnya)

Sabtu, 14 November 2009

Dia Selalu Ada Bagi Kita

Ada sebuah suku pada bangsa Indian yang memiliki cara yang unik untuk mendewasakan anak laki-laki dari suku mereka.

Jika seorang anak laki-laki tersebut dianggap sudah cukup umur untuk di dewasakan, maka anak laki-laki tersebut akan di bawa pergi oleh seorang pria dewasa yang bukan sanak saudaranya, dengan mata tertutup.

Anak laki-laki tersebut di bawa jauh menuju hutan yang paling dalam. Ketika hari sudah menjadi sangat gelap, tutup mata anak tersebut akan dibuka, dan orang yang menghantarnya akan meninggalkannya sendirian. Ia akan dinyatakan lulus dan diterima sebagai pria dewasa dalam suku tersebut jika ia tidak berteriak atau menangis hingga malam berlalu.

Malam begitu pekat, bahkan sang anak itu tidak dapat melihat telapak tangannya sendiri, begitu gelap dan ia begitu ketakutan. Hutan tersebut mengeluarkan suara-suara yang begitu menyeramkan, auman serigala, bunyi dahan bergemerisik, dan ia semakin ketakutan, tetapi ia harus diam, ia tidak boleh berteriak atau menangis, ia harus berusaha agar ia lulus dalam ujian tersebut.

Satu detik bagaikan berjam-jam, satu jam bagaikan bertahun-tahun, ia tidak dapat melelapkan matanya sedetikpun, keringat ketakutan mengucur deras dari tubuhnya.

Cahaya pagi mulai tampak sedikit, ia begitu gembira, ia melihat sekelilingnya, dan kemudian ia menjadi begitu kaget, ketika ia mengetahui bahwa ayahnya berdiri tidak jauh dibelakang dirinya, dengan posisi siap menembakan anak panah, dengan golok terselip dipinggang, menjagai anaknya sepanjang malam, jikalau ada ular atau binatang buas lainnya, maka ia dengan segera akan melepaskan anak panahnya, sebelum binatang buas itu mendekati anaknya. Sambil berdoa agar anaknya tidak berteriak atau menangis.

Dalam mengarungi kehidupan ini, sepertinya Tuhan “begitu kejam” melepaskan anak-anakNya kedalam dunia yang jahat ini.
Terkadang kita tidak dapat melihat penyertaanNya, namun satu hal yang pasti.. !
DIA setia,
DIA mengasihi kita,
dan DIA selalu ada bagi kita…

Nasib yang Tidak Serupa

Ada 3 kaleng coca cola, ketiga kaleng tersebut diproduksi di pabrik yang sama.

Ketika tiba harinya, sebuah truk datang ke pabrik, mengangkut kaleng-kaleng coca cola dan menuju ke tempat yang berbeda untuk pendistribusian.

Pemberhentian pertama adalah supermarket lokal. Kaleng coca cola pertama diturunkan di sini. Kaleng itu dipajang di rak bersama dengan kaleng coca cola lainnya yang diberi harga Rp.4.000,00.

Pemberhentian kedua adalah pusat perbelanjaan besar. Di sana, kaleng kedua diturunkan. Kaleng tersebut ditempatkan di dalam kulkas supaya dingin dan dijual dengan harga Rp.7.500,00.

Pemberhentian terakhir adalah hotel bintang 5 yang sangat mewah. Kaleng coca cola ketiga diturunkan di sana. Kaleng ini tidak ditempatkan di rak atau di dalam kulkas. Kaleng ini hanya akan dikeluarkan jika ada pesanan dari pelanggan. Dan ketika ada yang pesan, kaleng ini dikeluarkan bersama dengan gelas kristal berisi batu es. Semua disajikan di atas baki dan pelayan hotel akan membuka kaleng coca cola itu, menuangkannya ke dalam gelas dan dengan sopan menyajikannya ke pelanggan. Harganya Rp.60.000,00.

Sekarang, pertanyaannya adalah : Mengapa ketiga kaleng coca cola tersebut memiliki harga yang berbeda padahal diproduksi dari pabrik yang sama, diantar dengan truk yang sama dan bahkan mereka memiliki rasa yang sama?

Lingkungan Anda mencerminkan harga Anda. Lingkungan berbicara tentang RELATIONSHIP.

Apabila Anda berada di lingkungan yang bisa mengeluarkan terbaik dari diri anda, maka Anda akan menjadi cemerlang. Tapi bila Anda berada di lingkungan yang meng-kerdil- kan diri Anda, maka Anda akan menjadi kerdil.

Orang yang sama, bakat yang sama, kemampuan yang sama + lingkungan yang berbeda = NILAI YANG BERBEDA

Tidak Ada yang Sia-sia

Optimisme adalah memandang hidup ini sebagai persembahan terbaik. Tidak ada sesuatu yang terjadi begitu saja dan mengalir sia-sia. Pasti ada tujuan. Pasti ada maksud. Mungkin saja anda mengalami pengalaman buruk yang tak mengenakkan, maka keburukan itu hanya karena anda melihat dari salah satu sisi mata uang saja. Bila anda berani menengok ke sisi yang lain, anda akan menemukan pemandangan yang jauh berbeda.

Anda tidak harus menjadi orang tersenyum terus atau menampakkan wajah yang ceria. Optimisme terletak di dalam hati, bukan hanya terpampang di muka. Jadilah optimis, karena hidup ini terlalu rumit untuk dipandang dengan mengerutkan alis.

Setiap tetes air yang keluar dari mata air tahu mereka mengalir menuju ke laut. Meski harus melalui anak sungai, selokan, kali keruh, danau dan muara, mereka yakin perjalanan mereka bukan tanpa tujuan. Bahkan, ketika menunggu di samudra, setiap tetes air tahu, suatu saat panas dan angin akan membawa mereka ke pucuk-pucuk gunung. Menjadi awan dan menurunkan hujan. Sebagian menyuburkan rerumputan, sebagian tertampung dalam sumur-sumur. Sebagian kembali ke laut. Adakah sesuatu yang sia-sia dari setiap tetes air yang anda temui di selokan rumah anda?

Paradigma

Sore itu disebuah subway di kota New York, suasana cukup sepi. Kereta api bawah tanah itu cukup padat oleh orang-orang yang baru pulang kerja.

Tiba-tiba, suara hening terganggu oleh ulah dua orang bocah kecil berumur sekitar 3 dan 5 tahun yang berlarian kesana kemari. Mereka berdua mulai mengganggu penumpang lain. Yang kecil mulai menarik- narik koran yang sedang dibaca oleh seorang penumpang, kadang merebut pena ataupun buku penumpang yang lain. Si kakak sengaja berlari dan menabrak kaki beberapa penumpang yang berdiri menggantung karena penuhnya gerbong itu.

Beberapa penumpang mulai terganggu oleh ulah kedua bocah nakal itu, dan beberapa orang mulai menegur bapak dari kedua anak tersebut. “Pak, tolong dong anaknya dijaga!” pinta salah seorang penumpang. Bapak kedua anak itu memanggil dan menenangkannya. Suasana kembali hening, dan kedua anak itu duduk diam. Tak lama kemudian, keduanya mulai bertingkah seperti semula, bahkan semakin nakal. Apabila sekali diusilin masih diam saja, kedua anak itu makin berani. Bahkan ada yang korannya sedang dibaca, langsung saja ditarik dan dibawa lari. Bila si-empunya koran tidak bereaksi, koran itu mulai dirobek-robek dan diinjak-injak.

Beberapa penumpang mulai menegur sang ayah lagi dengan nada mulai kesal. Mereka benar-benar merasa terganggu, apalagi suasana pulang kerja, mereka masih sangat lelah. Sang ayah memanggil kembali kedua anaknya, dan keduannya mulai diam lagi. Tapi hal itu tidak berlangsung lama. Si anak mulai membuat ulah yang semakin membuat para penumpang di gerbong bawah tanah itu mulai marah.

Beberapa penumpang mulai memarahi sang ayah dan membentak. “Pak bisa mendidik anak tidak sich!” kata seorang penumpang dengan geram.

“Dari tadi anaknya mengganggu semua orang disini, tapi bapak koq diam saja”. Sang ayah bangkit dari duduknya, menghampiri kedua anaknya yang masih mungil, menenangkannya, dan dengan sangat sopan berdiri dan berkata kepada para penumpang yang ada di gerbong itu. “Bapak-bapak dan ibu-ibu semua, mohon maaf atas kelakuan kedua anak saya ini. Tidak biasanya mereka berdua bertingkah nakal seperti saat ini. Tadi pagi, kedua anak saya ini baru saja ditinggal oleh ibu mereka yang sangat mereka cintai. Ibu kedua anak saya ini meninggal karena penyakit LEUKEMIA yang dideritanya”. Bapak itu diam sejenak, dan sambil mengelus kepala kedua anaknya meneruskan ceritanya. “Mungkin karena kejadian yang menimpa ibu mereka berdua itu begitu mendadak, membuat kedua anak saya ini belum bisa menerima kenyataan dan agak sedikit shock karenanya. Sekali lagi saya mohon maaf”. Seluruh orang didalam gerbong kereta api bawah tanah itu seketika terdiam. Mereka dengan tiba-tiba berubah total, dari memandang dengan perasaan kesal karena kenakalannya, berubah menjadi perasaan iba dan sayang. Kedua anak itu masih tetap nakal, mengganggu seluruh penumpang yang ditemuinya. Tetapi, orang yang diganggu malah kelihatan tambah menampakkan kasih sayangnya. Ada yang memberinya coklat, bahkan ada yang menemaninya bermain.

PERHATIKAN KONDISI SUBWAY ITU. PENUMPANGNYA MASIH SAMA. KEDUA ANAK ITU MASIH NAKAL-NAKAL. Tetapi terjadi perubahan yang sangat mencolok. SUASANA DIDALAM SUBWAY ITU BERUBAH 180 DERAJAT. KENAPA?…. KARENA SEBUAH INFORMASI. INILAH YANG DISEBUT PERUBAHAN PARADIGMA. Ternyata, batas antara SETUJU dan MENOLAK itu sangat tipis sekali. Dan itu tidak akan pernah dapat ditembus, kecuali oleh sebuah INFORMASI yang benar

Harapan

Ada 4 lilin yang menyala, Sedikit demi sedikit habis meleleh.

Suasana begitu sunyi sehingga terdengarlah percakapan mereka

Yang pertama berkata: “Aku adalah Damai.” “Namun manusia tak mampu menjagaku: maka lebih baik aku mematikan diriku saja!” Demikianlah sedikit demi sedikit sang lilin padam.

Yang kedua berkata: “Aku adalah Iman.” “Sayang aku tak berguna lagi.” “Manusia tak mau mengenalku, untuk itulah tak ada gunanya aku tetap menyala.” Begitu selesai bicara, tiupan angin memadamkannya.

Dengan sedih giliran Lilin ketiga bicara: “Aku adalah Cinta.” “Tak mampu lagi aku untuk tetap menyala.” “Manusia tidak lagi memandang dan mengganggapku berguna.” “Mereka saling membenci, bahkan membenci mereka yang mencintainya, membenci keluarganya.” Tanpa menunggu waktu lama, maka matilah Lilin ketiga.

Tanpa terduga…

Seorang anak saat itu masuk ke dalam kamar, dan melihat ketiga Lilin telah padam. Karena takut akan kegelapan itu, ia berkata: “Ekh apa yang terjadi?? Kalian harus tetap menyala, Aku takut akan kegelapan!”

Lalu ia mengangis tersedu-sedu.

Lalu dengan terharu Lilin keempat berkata:

Jangan takut, Janganlah menangis, selama aku masih ada dan menyala, kita tetap dapat selalu menyalakan ketiga Lilin lainnya:

“Akulah HARAPAN.”

Dengan mata bersinar, sang anak mengambil Lilin Harapan, lalu menyalakan kembali ketiga Lilin lainnya.

Apa yang tidak pernah mati hanyalah HARAPAN yang ada dalam hati kita….dan masing-masing kita semoga dapat menjadi alat, seperti sang anak tersebut, yang dalam situasi apapun mampu menghidupkan kembali Iman, Damai, Cinta dengan HARAPAN-nya!

Renungan (Repost)

“Kegembiraan terbesar dalam hidup adalah keyakinan bahwa kita dicintai. Oleh karenanya, kita membagikan cinta bagi orang lain.” (Victor Hugo)

Tidak ada yang bisa menghentikan waktu. Ia terus maju. Umur terus bertambah. Manusia pun mengalami babak-babak dalam hidupnya. Saat masuk fase dewasa, orang memasuki tiga tahapan kehidupan.

Ada masa di mana orang terfokus untuk melakukan sesuatu (to do). Ada saat memfokuskan diri untuk mengumpulkan (to have). Ada yang giat mencari makna hidup (to be). Celakanya, tidak semua orang mampu melewati tiga tahapan proses itu.

Fase pertama, fase to do. Pada fase ini, orang masih produktif. Orang bekerja giat dengan seribu satu alasan. Tapi, banyak orang kecanduan kerja, membanting tulang, sampai mengorbankan banyak hal, tetap tidak menghasilkan buah yang lebih baik. Ini sangat menyedihkan. Orang dibekap oleh kesibukan, tapi tidak ada kemajuan. Hal itu tergambar dalam cerita singkat ini. Ada orang melihat sebuah sampan di tepi danau. Segera ia meloncat dan mulailah mendayung. Ia terus mendayung dengan semangat. Sampan memang bergerak. Tapi, tidak juga menjauh dari bibir danau. Orang itu sadar, sampan itu masih terikat dengan tali di sebuah tiang.

Nah, kebanyakan dari kita, merasa sudah bekerja banyak. Tapi, ternyata tidak produktif. Seorang kolega memutuskan keluar dari perusahaan. Ia mau membangun bisnis sendiri. Dengan gembira, ia mempromosikan bisnisnya. Kartu nama dan brosur disebar. Ia bertingkah sebagai orang sibuk.

Tapi, dua tahun berlalu, tapi bisnisnya belum menghasilkan apa-apa. Tentu, kondisi ini sangat memprihatinkan. Jay Abraham, pakar motivasi bidang keuangan dan marketing pernah berujar, “Banyak orang mengatakan berbisnis. Tapi, tidak ada hasil apa pun. Itu bukanlah bisnis.” Marilah kita menengok hidup kita sendiri. Apakah kita hanya sibuk dan bekerja giat, tapi tanpa sadar kita tidak menghasilkan apa-apa?

Fase kedua, fase to have. Pada fase ini, orang mulai menghasilkan. Tapi, ada bahaya, orang akan terjebak dalam kesibukan mengumpulkan harta benda saja. Orang terobesesi mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Meski hartanya segunung, tapi dia tidak mampu menikmati kehidupan. Matanya telah tertutup materi dan lupa memandangi berbagai keindahan dan kejutan dalam hidup. Lebih-lebih, memberikan secuil arti bagi hidup yang sudah dijalani. Banyak orang masuk dalam fase ini.

Dunia senantiasa mengundang kita untuk memiliki banyak hal. Sentra-sentra perbelanjaan yang mengepung dari berbagai arah telah memaksa kita untuk mengkonsumsi banyak barang.

Bahkan, dunia menawarkan persepsi baru. Orang yang sukses adalah orang yang mempunyai banyak hal. Tapi, persepsi keliru ini sering membuat orang mengorbankan banyak hal. Entah itu perkawinan, keluarga, kesehatan, maupun spiritual.

Secara psikologis, fase itu tidaklah buruk. Harga diri dan rasa kepuasan diri bisa dibangun dengan prestasi-prestasi yang dimiliki. Namun, persoalan terletak pada kelekatannya. Orang tidak lagi menjadi pribadi yang merdeka.

Seorang sahabat yang menjadi direktur produksi membeberkan kejujuran di balik kesuksesannya. Ia meratapi relasi dengan kedua anaknya yang memburuk. “Andai saja meja kerja saya ini mampu bercerita tentang betapa banyak air mata yang menetes di sini, mungkin meja ini bisa bercerita tentang kesepian batin saya…,” katanya.

Fase itu menjadi pembuktian jati diri kita. Kita perlu melewatinya. Tapi, ini seperti minum air laut. Semakin banyak minum, semakin kita haus. Akhirnya, kita terobsesi untuk minum lebih banyak lagi.

Fase ketiga, fase to be. Pada fase ini, orang tidak hanya bekerja dan mengumpulkan, tapi juga memaknai. Orang terus mengasah kesadaran diri untuk menjadi pribadi yang semakin baik. Seorang dokter berkisah. Ia terobesesi menjadi kaya karena masa kecilnya cukup miskin. Saat umur menyusuri senja, ia sudah memiliki semuanya. Ia ingin mesyukuri dan memaknai semua itu dengan membuka banyak klinik dan posyandu di desa-desa miskin.

Memaknai hidup
Ia memaknai hidupnya dengan menjadi makna bagi orang lain. Ada juga seorang pebisnis besar dengan latar belakang pertanian hijrah ke desa untuk memberdayakan para petani. Keduanya mengaku sangat menikmati pilihannya itu.

Fase ini merupakan fase kita menjadi pribadi yang lebih bermakna. Kita menjadi pribadi yang berharga bukan karena harta yang kita miliki, melainkan apa yang bisa kita berikan bagi orang lain.

Hidup kita seperti roti. Roti akan berharga jika bisa kita bagikan bagi banyak orang yang membutuhkan. John Maxwell dalam buku Success to Significant mengatakan “Pertanyaan terpenting yang harus diajukan bukanlah apa yang kuperoleh. Tapi, menjadi apakah aku ini?”

Nah, Mahatma Gandhi menjadi contoh konkret pribadi macam ini. Sebenarnya, ia menjadi seorang pengacara sukses. Tapi, ia memilih memperjuangkan seturut nuraninya. Ia menjadi pejuang kemanusiaan bagi kaum papa India.

Nah, di fase manakah hidup kita sekarang? Marilah kita terobsesi bukan dengan bekerja atau memiliki, tetapi menjadi pribadi yang lebih matang, lebih bermakna dan berkontribusi!