Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Labels

Rabu, 23 November 2011

[Tulisan ini saya buat dalam rangka mengikuti lomba artikel dari suatu badan institusi di Jakarta]

Penanggulangan Kemiskinan melalui
 Pembangunan Air Minum dan Sanitasi

Sanitasi, sebuah istilah yang sangat erat kaitannya dengan air minum. Begitu juga kaitannya dengan kesehatan masyarakat, khususnya yang berada di bawah garis kelayakan ekonomi. Telah menjadi suatu fakta umum bahwa seringkali kemiskinan itu identik dengan segala hal dan lingkungan yang tidak layak dan kotor. Apakah kita bisa menerima begitu saja kenyataan pahit tersebut?
Jika ditilik lebih mendalam, sebenarnya kelayakan hidup tidak harus dinilai dari seberapa tinggi tingkat ekonomi yang melekat pada diri seseorang. Kita bisa mengusahakan kebersihan dan membina kesehatan sesama dimulai dari penyeragaman sikap dan perilaku kita sendiri. Mungkin kita sudah sering mendengar “kebersihan pangkal kesehatan” dan memang itulah yang berlaku di dunia ini. Dengan mengupayakan kebersihan, maka secara otomatis kesehatan akan diperoleh. Tetapi yang menjadi masalah sekarang adalah bagaimana bisa kita merealisasikan keadaan yang memenuhi syarat kebersihan itu? Apakah hanya gedung-gedung elit yang bisa mewujudkan keadaan tersebut? Tentu saja tidak.
Yang paling mendasar dari tindakan ini adalah menanamkan kesadaran secara global tentang manfaat dari menjaga kebersihan dan dampak negatif dari membiarkan lingkungan tercemar (bisa dengan program edukasi, program sosialisasi video / visual, dan program teladan – bertindak dahulu agar masyarakat bisa mencontoh). Berangkat dari kesadaran tersebut, sekarang saatnya kita beralih ke tahap pemberdayaan masyarakat miskin untuk berbagai program mewujudkan sanitasi tersebut. Langkah pertama adalah membangun saluran pembuangan baru sehingga dapat mengurangi volume sampah yang tersumbat di parit-parit. Dengan memperkerjakan tenaga kerja miskin bukan berarti gaji yang mereka terima juga ala kadarnya saja, tetapi juga harus tetap dihargai layaknya pekerja umum lainnya. Hal ini bisa dilakukan dengan menghubungkan antara program kerja dari pemerintah (khususnya mengenai penanggulangan pengangguran) dan juga program kerja dari perusahaan-perusahaan berskala besar (terkait dengan program tanggung jawab sosial perusahaan masing-masing). Diyakini secara pasti bahwa program ini dapat memberikan dampak yang positif bagi perekonomian para tenaga kerja tersebut.
Tidak berhenti di titik tersebut saja, kita juga harus memulai memasang penyaring-penyaring air untuk memperoleh kualitas air yang layak. Saya sendiri telah sering mengalami keadaan dimana air yang disalurkan ke tempat hidup saya sungguh tidak layak, seperti adanya bau-bau parit dan agak menghitam. Hal ini saya tanggulangi dengan menggunakan penyaring air yang tersedia di pasaran (dengan memanfaatkan arang, ijuk dan beberapa bahan lainnya), alhasil air yang disaring dapat lebih layak untuk dipakai dalam kegiatan sehari-hari. Bagaimana dengan masyarakat luas? Saya yakin bahwa kita bisa memberdayakan masyarakat untuk membuat saringan-saringan alami tersebut (dengan didanai dari pemerintah) dan kemudian dijual kepada lingkungan sosialnya dengan harga yang tidak terlalu mahal, sehingga dapat mendorong kebiasaan untuk ‘membersihkan’ air dan sekaligus membantu perekonomian rakyat.
Selebihnya saya melihat bahwa peranan para aktivis lingkungan disini sangat penting untuk menggarap proyek pembangunan air minum dengan tetap berdasar pada prinsip awal, yaitu memberdayakan masyarakat miskin. Ada baiknya apabila kawasan untuk pembangunan air minum ini berada di kawasan yang masih terjamin kebersihan airnya, seperti kawasan Sukabumi (meskipun sudah ada beberapa mata air yang dibangun disana). Masyarakat dapat berkontribusi dalam mendistribusikannya ke kalangan masyarakat lain yang terancam dengan kondisi air yang kotor.
Kembali ke poin sebelumnya, bahwa kebersihan juga harus tetap dijaga. Kita seringkali melihat kondisi debu yang tebal di ibukota dan lingkungan yang sangat tidak menyehatkan (panas yang menyengat). Kita sangat memerlukan pengaruh pemerintah dalam hal ini untuk memberlakukan kebijakan dan peraturan ketat (seperti menghukum secara finansial terhadap para oknum masyarakat yang membuang sampah sembarangan). Dan sangat diimpikan bahwa peraturan ini dapat diberlakukan secara tegas tanpa pandang bulu. Karena melihat kondisi yang tidak adil apabila hanya para petugas kebersihan saja yang diberikan tanggung jawab untuk menjaga kebersihan lingkungan sedangkan limbah itu sendiri berasal dari masyarakat yang mengartikan bahwa hal itu menjadi tanggung jawab bersama.
Adapun sampah yang terlampau banyak tersebut bisa ditangani dengan cara penimbunan darat, dan kita bisa memanfaatkan lumpur Sidoarjo yang semakin menggenang dan memprihatinkan untuk hal ini. Ide yang saya pikirkan adalah mempergunakan lumpur yang berlimpah itu untuk menimbun sampah-sampah yang semakin banyak di suatu daerah yang agak jauh dari pemukiman hidup masyarakat. Secara mekanis, sebagian lumpur Sidoarjo dapat dipindahkan untuk mengubur gunungan sampah yang telah ditempatkan dalam suatu daerah khusus. Karakteristik dan sifat kimiawi dari lumpur diharapkan dapat membantu banyak dari segi menghanyutkan sampah-sampah yang telah dikumpulkan tersebut. diharapkan Meskipun akan menyedot pendanaan dari segi transportasi, tetapi hal ini juga dapat sekaligus menopang hidup masyarakat dengan mempekerjakan para tenaga kerja tersebut (sekali lagi) untuk program ini. Di pihak lain, kekhawatiran akan lumpur tersebut juga diharapkan dapat segera diatasi.
Kembali lagi ke poin pembangunan air minum, berkaitan dengan pengolahan sampah yang telah dilakukan sedemikian rupa, tidak membatasi kemungkinan ke depannya justru daerah ibukota dapat menjadi salah satu sumber mata air yang bagus (ditilik dari segi proses siklus air – dengan bantuan hujan yang dapat menetralisir kondisi pasca pengolahan sampah besar-besaran). Penanaman pohon juga sangat penting untuk menjadi tanggul penyimpanan air bersih yang berasal dari hujan. Pohon tidak lagi sekedar hiasan belaka (seperti yang selama ini terjadi, dimana pohon menjadi penghias ibukota dengan kondisi yang tidak terjaga-tidak hijau sama sekali) melainkan menjadi faktor penyelamat hidup bagi sesama. Pemberian bibit tanaman juga dirasa sangat penting kepada para masyarakat untuk kemudian dapat dibudidayakan di lingkungan tempat tinggal mereka, sehingga suasana hijau dapat ditemui dimanapun kita berada.
Saya melihat bahwa untuk pengolahan air minum ini juga memiliki peluang bagi para pemulung untuk lebih giat mencari botol-botol plastik yang nantinya bisa digunakan untuk kemasan daur ulang air minum. Hal ini tentunya melalui proses sterilisasi terlebih dahulu dengan mesin professional yang dapat memakai gas methana dari hasil pengkomposan sampah-sampah makanan yang lain. Para pemulung ini dapat berperan aktif dalam mengatasi sampah-sampah organik maupun tidak untuk kembali didaur ulang. Pembangunan air minum tidak semata hanya membangun sebuah perusahaan yang memproses air minum kemasan, tetapi juga menjamin tersedianya air minum bersih untuk masyarakat dalam jangka waktu yang panjang. Sangat disayangkan apabila air minum yang bersih tersebut harus kembali mencemari lingkungan dengan pemakaian kemasan plastik yang susah untuk didaur ulang. Oleh karena itulah, sangat penting untuk memproses kembali kemasan plastik yang terdahulu untuk dapat kembali dipergunakan secara bijak.
Adapun hal lain yang dapat mengurangi porsi kemiskinan di negeri ini adalah memberdayakan para pengangguran yang berada di tepi jalanan untuk transmigrasi ke daerah-daerah yang akan dikembangkan menjadi daerah pusat pembangunan air minum ke depannya dan mereka sendiri akan dipekerjakan disana sekaligus untuk memperbaiki taraf hidup mereka. Ya, saya sangat setuju dengan program transmigrasi yang bertujuan jelas seperti ini agar dapat mengimbangi kehidupan sosial di daerah dan perkotaan. Dengan melalui program transmigrasi secara tepat dan cepat, para pekerja akan dapat dilatih dan dipekerjakan dalam proyek pencarian mata air pegunungan dan kemudian mendistribusikannya ke perusahaan untuk diolah ataupun disalurkan ke masyarakat sekitar yang membutuhkan. Sejalan dengan program ini, aktivitas reboisasi juga bisa dilakukan secara efektif, dikarenakan pencarian mata air terkadang juga memerlukan aktivitas penggalian yang apabila tidak dikendalikan maka dapat merusak lingkungan.
Hal lainnya yang dapat dikembangkan adalah pemanfaatan air bersih tersebut (setelah melalui beberapa langkah di atas) ke dalam sistem pendingin ruangan. Saya sangat mengimpikan adanya perusahaan masa depan yang menggunakan air sebagai sumber pendingin ruangan, tidak lagi memakai CFC dan berbagai jenis gas berbahaya lainnya. Secara tidak langsung, apabila ada kemungkinan untuk teknologi seperti ini, maka akan memperluas lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Berangkat dari sistem pendingin ruangan, maka beragam teknologi lainnya juga bisa memakai air sebagai sumber komoditi utamanya (harus dicari tahu bagaimana untuk tidak mempertemukan listrik dan air dalam satu waktu). Dengan begitu maka sanitasi akan tercapai dan masyarakat tidak perlu lagi takut dengan gangguan penyakit yang biasanya ditularkan melalui media cair.
Sangat disarankan juga untuk melakukan pengecekan kesehatan gratis bagi masyarakat kurang mampu (hal ini bisa dilakukan bersamaan dengan perekrutan mereka sebagai tenaga kerja dalam berbagai program pembangunan air minum dan penanggulangan sampah). Hal ini dilakukan guna untuk mengembangkan kegiatan sanitasi yang sekaligus dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Ada baiknya apabila diadakan studi banding ke negara-negara maju lainnya yang telah lebih terdahulu mengembangkan berbagai teknologi ramah lingkungan dan mampu menunjang kebutuhan air bersih bagi masyarakatnya. Menyejajarkan standar kebersihan kita dengan Negara-negara maju tersebut sangatlah penting, karena mendorong kita untuk terus membina kebersihan lingkungan dan makanan agar dapat melewati seluruh prasyarat dari standar itu sendiri.
Dapat saya perjelas lagi dari poin awal essai ini, bahwa untuk merealisasikan program penunjangan kualitas hidup masyarakat dengan membangun air minum dan sanitasi, diperlukan terlebih dahulu kesadaran dari diri masing-masing akan pentingnya hal tersebut bagi dirinya pribadi. Tidak cukup dengan kesadaran saja, melainkan harus juga ditunjang dengan sikap teladan (contoh) dari sukarelawan yang mencintai lingkungan ini, contohnya penanaman pohon, proses penyaringan air yang baik dan benar. Berlanjut ke arah pengolahan sampah yang efektif dapat secara tidak langsung menyelesaikan persoalan sosial (contohnya penanganan lumpur Sidoardjo). Pelatihan yang intensif kepada para calon tenaga kerja disertai dengan transmigrasi ke wilayah yang masih perlu dikembangkan, juga merupakan rangkaian dari langkah-langkah inisiatif dalam program ini. Belajar ke negeri tetangga sungguh dapat menjadi dorongan bagi para praktisi muda untuk mencontoh cara kerja efektif mereka dalam mewujudkan program lingkungan seperti ini. Hingga pada akhirnya yaitu pengecekan kesehatan secara rutin yang dianggap sebagai langkah terakhir untuk memastikan bahwa umpan balik dari program ini adalah positif dan sesuai dengan harapan kita semua.
Kesemua langkah di atas sangat erat kaitannya dengan air bersih, dan tetap menjadi prioritas utama bagi kita untuk mendahulukan program pengadaan air bersih bagi masyarakat.
Beragam penelitian telah menunjukkan ribuan manfaat dari air bersih itu sendiri. Salah satu yang paling penting adalah untuk meningkatkan kesehatan manusia. Air bersih adalah satu-satunya obat alami yang mampu membantu menangkal datangnya penyakit ke dalam tubuh kita.  Oleh karena itu, tunggu apalagi? Mari kita segera memulainya dari hidup kita sendiri. Sekian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar