Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Labels

Rabu, 23 November 2011

Pendidikan, Resolusi Kemajuan Bangsa

[Tulisan ini saya buat dalam rangka mengikuti perlombaan essay]
Pendidikan, Resolusi Kemajuan Bangsa
Berbagai macam persoalan datang menimpa nusantara kita, Indonesia. Berbagai komentar pun berseliweran di dalam masyarakat kita sebagai reaksi dari persoalan tersebut. Akankah kita hanya bisa terdiam saja menyaksikan kesemua hal tersebut? Mari saya ajak Anda semua, para pembaca, untuk menyelami ke dasar lautan persoalan guna menemukan kunci solusi yang tidak terlihat oleh kita semua dari permukaan. 


Sebenarnya negeri kita sangatlah unik, terdiri dari berbagai jenis kebudayaan yang saling memperkaya pengetahuan satu sama lain. Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri bahwa masih saja terdapat perselisihan pendapat yang berujung pada terjadinya pertengkaran dan tindakan kriminal. Hal inilah yang bisa kita jadikan sebagai dasar dari persoalan yang lebih besar, contohnya korupsi. Percaya atau tidak, segala sesuatu persoalan yang terjadi di bumi ini adalah hasil / akibat dari pola tingkah laku dan perbuatan manusia itu sendiri. Disini kita menarik sebuah kata kunci, yaitu berasal dari manusia. Manusia memiliki pikiran dan mental, lalu apa yang salah dengan kedua hal tersebut? Jawabannya cukup sederhana, yaitu tidak terasah dengan baik.

Berbagai teori telah dikembangkan oleh para ahli ternama, hanya untuk memaparkan perihal mendasar dari segala sikap dan perilaku manusia, yaitu berakar kepada pendidikan. Saya sendiri mengalami perubahan pola pikir dan tingkah laku seiring dengan bertambahnya pendidikan yang saya jalani. Pikiran dan mental akan sejalan dengan baik dan efektif apabila disertai dengan perolehan pendidikan yang mencukupi juga. Kita dapat belajar dari pengalaman Negara-negara lain yang pernah luluh lantak oleh berbagai peristiwa, salah satunya adalah Jepang dimana pendidikan selalu diutamakan dan menjadi ujung tombak pembangunan agar terciptanya kekuatan untuk melawan segala persoalan pemerintahan. 

Kita semua mungkin telah mengetahui tentang adanya program Wajib Belajar bagi masyarakat Indonesia, dimana sebenarnya apabila kita tilik dari kacamata idealisme, merupakan langkah awal yang patut diacungi jempol karena bersifat mendorong kemajuan intelektual rakyat. Masih ingatkah Anda tentang salah satu film terkenal buatan sutradara Indonesia yang menceritakan semangat juang para pelajar yang terkendala oleh masalah finansial, Laskar Pelangi? Film tersebut sangat digandrungi oleh masyarakat Indonesia dikarenakan kelihaiannya dalam mengorek apa sebenarnya yang menjadi permasalahan negeri ini. Pendidikan yang tidak pernah sepadan dengan tingkat ekonomi masyarakat, terkadang anak-anak harus melepaskan bangku sekolahnya begitu saja dikarenakan tuntutan ekonomi yang terus menerjang.



Pendidikan sungguh merupakan denyut nadi terpenting bagi kehidupan suatu bangsa. Kita bisa menerapkan beberapa ide baru yang dapat merangsang perkembangan tingkat pendidikan masyarakat kita, salah satunya adalah dengan cara membangun sekolah-sekolah dan sekaligus memperbaiki taraf kehidupan para guru sehingga tenaga pengajar juga dapat memberikan dukungan sebaik mungkin dalam kegiatan belajar mengajar. Mengapa demikian? Karena awal pertama kali yang harus kita perhatikan tentunya pihak yang berperan aktif dalam mentransfer ilmu, yaitu para guru. Seringkali tenaga pengajar ini merasa tidak terjamin kehidupan keluarganya dikarenakan penghasilan yang kurang memadai sehingga mendorong mereka untuk berpindah mata pencaharian ke pekerjaan yang lebih menjamin. Alhasil semakin berkurang pula tenaga pengajar yang berperan penting tersebut. Sungguh miris memang, namun dapat diyakini secara pasti bahwa keadaan akan berbalik positif apabila kita juga menyikapinya dengan positif. Ide lainnya bisa berupa penambahan pemberian beasiswa kepada para anak didik masih jauh di pedalaman, yang terkadang tidak terekspos oleh media massa dan juga sulit untuk mengakses informasi dari pemerintah.

Pelatihan kepemimpinan yang rutin kepada para tenaga pengajar juga bisa menjadi solusi lainnya dalam mempersiapkan anak didik untuk memiliki jiwa kepemimpinan di samping kepandaian secara intelektual. Kita seringkali salah kaprah dalam melihat fungsi dari guru, bahwa guru hanya merupakan perantara ilmu pengetahuan saja. Padahal sebagian besar waktu muda manusia dihabiskan di bangku sekolah, dan merupakan momen yang sangat tepat untuk menyisipkan berbagai kegiatan yang dapat melatih kemampuan kepemimpinan dan berpikir kritis sekaligus realitis, yang tidak terbatas kepada para pengurus Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) saja.

Berbagai opini pemimpin bangsa menyetujui bahwa pendidikan sungguh merupakan kunci utama kemajuan bangsa1. Kita mengetahui dan menyadari hal tersebut, tetapi masih terhambat dalam kenyataan untuk merealisasikannya dikarenakan sebagian besar dari diri kita juga masih belum tertanam jiwa kepemimpinan dan pendidik. Dalam menanggulangi dilema seperti itu, ada baiknya apabila kita juga memulai menanamkan ke dalam diri kita sendiri akan pentingnya pendidikan untuk anak muda bangsa, dan sangat akan terbantu apabila diri kita juga turut terjun langsung menghadapi perubahan diri menjadi seorang pemimpin seperti yang kita impikan.

Ide lain yang ingin saya tawarkan adalah memperbanyak program pendidikan sekaligus prioritas bekerja yang dapat dilakukan dengan kerjasama antar lembaga di negeri kita. Contohnya adalah seperti yang dilakukan salah satu perbankan yang menyelenggarakan adanya kesempatan bagi masyarakat untuk mendaftarkan diri agar dapat memperoleh pendidikan secara gratis dan kemudian langsung bisa memperoleh pekerjaan apabila telah selesai menempuh pendidikan tersebut. Agaknya hal ini dapat diperluas dan diperbanyak lagi hingga ke pelosok daerah. Contoh paling kongkret adalah dengan membuka program seperti ini tetapi dengan tujuan untuk mempromosikan kebudayaan dan pariwisata Indonesia, seperti membuka perguruan tinggi pariwisata gratis bagi masyarakat yang lulus seleksi dan dapat menjalani pendidikan pariwisata selama tenggat waktu tertentu kemudian dipekerjakan sebagai duta-duta wisata di daerah tersebut. Hal ini selain meningkatkan kemampuan berkomunikasi dari peserta didik (keahlian berbahasa tentunya menjadi fokus perhatian dalam pelatihan ini), juga dapat sekaligus meningkatkan rasa cinta masyarakat kepada negeri ini. Karena kita semua telah menyadari bahwa masyarakat sekarang ini mulai terkikis rasa kepedulian terhadap negeri ini dikarenakan banyaknya isu dan peristiwa buruk yang menimpa dan dipublikasikan secara meluas, sehingga masyarakat mulai tertanam akan pandangan yang buruk tersebut. 

Selain itu juga, kita bisa mengkombinasikan antara kepentingan perusahaan bisnis dengan kepentingan bangsa dan Negara kita. Contohnya dalam menstimulasi perusahaan untuk melakukan tanggung jawab sosial dengan cara yang berbeda, bukan lagi sekadar memberikan secara utuh apa yang diinginkan masyarakat, melainkan dengan memberikan apa yang dibutuhkan masyarakat. Dengan kata lain, perusahaan dapat lebih memilih untuk membangun sekolah dan rumah sakit rendah biaya daripada memberikan bantuan pangan yang dapat dihabiskan dalam sekali waktu.

Dengan pendidikan pula, masyarakat dapat mengontrol dengan bijak apa yang akan dilakukannya dalam keseharian hidupnya. Hal ini dapat mengurangi jumlah peristiwa sosial yang tidak diinginkan, seperti bunuh diri dan perampokan. Bahkan dengan pendidikan yang tepat, masyarakat dapat membentuk asumsi yang positif dan setia mendukung pembangunan negerinya.
Memang terdengar agak klise di telinga kita tentang manfaat dari pendidikan ini. Akan tetapi itulah fakta yang kita alami. Menyadari dan mengetahuinya tentulah tidak cukup bagi kita. Diperlukan suatu keberanian dan jiwa kepemimpinan dalam diri kita masing-masing untuk berusaha mau melakukan gebrakan pembangunan dan menginspirasi orang-orang di sekitar kita untuk berbuat hal yang sama, yakni memajukan pendidikan bangsa.

Hal terakhir yang dapat saya rangkum dari esai ini adalah bahwa untuk menyelesaikan satu per satu masalah bangsa, diperlukan fondasi pendidikan yang kuat di mata pemerintah dan masyarakat. Pendidikan juga harus dibekali dengan ilmu kepemimpinan dan pengalaman bersosialisasi yang tinggi, baik dalam diri tenaga pendidiknya maupun di dalam diri para anak didik.

Semoga inti dari esai ini dapat bermanfaat bagi kita semua! Terima kasih.
[Tulisan ini saya buat dalam rangka mengikuti lomba artikel dari suatu badan institusi di Jakarta]

Penanggulangan Kemiskinan melalui
 Pembangunan Air Minum dan Sanitasi

Sanitasi, sebuah istilah yang sangat erat kaitannya dengan air minum. Begitu juga kaitannya dengan kesehatan masyarakat, khususnya yang berada di bawah garis kelayakan ekonomi. Telah menjadi suatu fakta umum bahwa seringkali kemiskinan itu identik dengan segala hal dan lingkungan yang tidak layak dan kotor. Apakah kita bisa menerima begitu saja kenyataan pahit tersebut?
Jika ditilik lebih mendalam, sebenarnya kelayakan hidup tidak harus dinilai dari seberapa tinggi tingkat ekonomi yang melekat pada diri seseorang. Kita bisa mengusahakan kebersihan dan membina kesehatan sesama dimulai dari penyeragaman sikap dan perilaku kita sendiri. Mungkin kita sudah sering mendengar “kebersihan pangkal kesehatan” dan memang itulah yang berlaku di dunia ini. Dengan mengupayakan kebersihan, maka secara otomatis kesehatan akan diperoleh. Tetapi yang menjadi masalah sekarang adalah bagaimana bisa kita merealisasikan keadaan yang memenuhi syarat kebersihan itu? Apakah hanya gedung-gedung elit yang bisa mewujudkan keadaan tersebut? Tentu saja tidak.
Yang paling mendasar dari tindakan ini adalah menanamkan kesadaran secara global tentang manfaat dari menjaga kebersihan dan dampak negatif dari membiarkan lingkungan tercemar (bisa dengan program edukasi, program sosialisasi video / visual, dan program teladan – bertindak dahulu agar masyarakat bisa mencontoh). Berangkat dari kesadaran tersebut, sekarang saatnya kita beralih ke tahap pemberdayaan masyarakat miskin untuk berbagai program mewujudkan sanitasi tersebut. Langkah pertama adalah membangun saluran pembuangan baru sehingga dapat mengurangi volume sampah yang tersumbat di parit-parit. Dengan memperkerjakan tenaga kerja miskin bukan berarti gaji yang mereka terima juga ala kadarnya saja, tetapi juga harus tetap dihargai layaknya pekerja umum lainnya. Hal ini bisa dilakukan dengan menghubungkan antara program kerja dari pemerintah (khususnya mengenai penanggulangan pengangguran) dan juga program kerja dari perusahaan-perusahaan berskala besar (terkait dengan program tanggung jawab sosial perusahaan masing-masing). Diyakini secara pasti bahwa program ini dapat memberikan dampak yang positif bagi perekonomian para tenaga kerja tersebut.
Tidak berhenti di titik tersebut saja, kita juga harus memulai memasang penyaring-penyaring air untuk memperoleh kualitas air yang layak. Saya sendiri telah sering mengalami keadaan dimana air yang disalurkan ke tempat hidup saya sungguh tidak layak, seperti adanya bau-bau parit dan agak menghitam. Hal ini saya tanggulangi dengan menggunakan penyaring air yang tersedia di pasaran (dengan memanfaatkan arang, ijuk dan beberapa bahan lainnya), alhasil air yang disaring dapat lebih layak untuk dipakai dalam kegiatan sehari-hari. Bagaimana dengan masyarakat luas? Saya yakin bahwa kita bisa memberdayakan masyarakat untuk membuat saringan-saringan alami tersebut (dengan didanai dari pemerintah) dan kemudian dijual kepada lingkungan sosialnya dengan harga yang tidak terlalu mahal, sehingga dapat mendorong kebiasaan untuk ‘membersihkan’ air dan sekaligus membantu perekonomian rakyat.
Selebihnya saya melihat bahwa peranan para aktivis lingkungan disini sangat penting untuk menggarap proyek pembangunan air minum dengan tetap berdasar pada prinsip awal, yaitu memberdayakan masyarakat miskin. Ada baiknya apabila kawasan untuk pembangunan air minum ini berada di kawasan yang masih terjamin kebersihan airnya, seperti kawasan Sukabumi (meskipun sudah ada beberapa mata air yang dibangun disana). Masyarakat dapat berkontribusi dalam mendistribusikannya ke kalangan masyarakat lain yang terancam dengan kondisi air yang kotor.
Kembali ke poin sebelumnya, bahwa kebersihan juga harus tetap dijaga. Kita seringkali melihat kondisi debu yang tebal di ibukota dan lingkungan yang sangat tidak menyehatkan (panas yang menyengat). Kita sangat memerlukan pengaruh pemerintah dalam hal ini untuk memberlakukan kebijakan dan peraturan ketat (seperti menghukum secara finansial terhadap para oknum masyarakat yang membuang sampah sembarangan). Dan sangat diimpikan bahwa peraturan ini dapat diberlakukan secara tegas tanpa pandang bulu. Karena melihat kondisi yang tidak adil apabila hanya para petugas kebersihan saja yang diberikan tanggung jawab untuk menjaga kebersihan lingkungan sedangkan limbah itu sendiri berasal dari masyarakat yang mengartikan bahwa hal itu menjadi tanggung jawab bersama.
Adapun sampah yang terlampau banyak tersebut bisa ditangani dengan cara penimbunan darat, dan kita bisa memanfaatkan lumpur Sidoarjo yang semakin menggenang dan memprihatinkan untuk hal ini. Ide yang saya pikirkan adalah mempergunakan lumpur yang berlimpah itu untuk menimbun sampah-sampah yang semakin banyak di suatu daerah yang agak jauh dari pemukiman hidup masyarakat. Secara mekanis, sebagian lumpur Sidoarjo dapat dipindahkan untuk mengubur gunungan sampah yang telah ditempatkan dalam suatu daerah khusus. Karakteristik dan sifat kimiawi dari lumpur diharapkan dapat membantu banyak dari segi menghanyutkan sampah-sampah yang telah dikumpulkan tersebut. diharapkan Meskipun akan menyedot pendanaan dari segi transportasi, tetapi hal ini juga dapat sekaligus menopang hidup masyarakat dengan mempekerjakan para tenaga kerja tersebut (sekali lagi) untuk program ini. Di pihak lain, kekhawatiran akan lumpur tersebut juga diharapkan dapat segera diatasi.
Kembali lagi ke poin pembangunan air minum, berkaitan dengan pengolahan sampah yang telah dilakukan sedemikian rupa, tidak membatasi kemungkinan ke depannya justru daerah ibukota dapat menjadi salah satu sumber mata air yang bagus (ditilik dari segi proses siklus air – dengan bantuan hujan yang dapat menetralisir kondisi pasca pengolahan sampah besar-besaran). Penanaman pohon juga sangat penting untuk menjadi tanggul penyimpanan air bersih yang berasal dari hujan. Pohon tidak lagi sekedar hiasan belaka (seperti yang selama ini terjadi, dimana pohon menjadi penghias ibukota dengan kondisi yang tidak terjaga-tidak hijau sama sekali) melainkan menjadi faktor penyelamat hidup bagi sesama. Pemberian bibit tanaman juga dirasa sangat penting kepada para masyarakat untuk kemudian dapat dibudidayakan di lingkungan tempat tinggal mereka, sehingga suasana hijau dapat ditemui dimanapun kita berada.
Saya melihat bahwa untuk pengolahan air minum ini juga memiliki peluang bagi para pemulung untuk lebih giat mencari botol-botol plastik yang nantinya bisa digunakan untuk kemasan daur ulang air minum. Hal ini tentunya melalui proses sterilisasi terlebih dahulu dengan mesin professional yang dapat memakai gas methana dari hasil pengkomposan sampah-sampah makanan yang lain. Para pemulung ini dapat berperan aktif dalam mengatasi sampah-sampah organik maupun tidak untuk kembali didaur ulang. Pembangunan air minum tidak semata hanya membangun sebuah perusahaan yang memproses air minum kemasan, tetapi juga menjamin tersedianya air minum bersih untuk masyarakat dalam jangka waktu yang panjang. Sangat disayangkan apabila air minum yang bersih tersebut harus kembali mencemari lingkungan dengan pemakaian kemasan plastik yang susah untuk didaur ulang. Oleh karena itulah, sangat penting untuk memproses kembali kemasan plastik yang terdahulu untuk dapat kembali dipergunakan secara bijak.
Adapun hal lain yang dapat mengurangi porsi kemiskinan di negeri ini adalah memberdayakan para pengangguran yang berada di tepi jalanan untuk transmigrasi ke daerah-daerah yang akan dikembangkan menjadi daerah pusat pembangunan air minum ke depannya dan mereka sendiri akan dipekerjakan disana sekaligus untuk memperbaiki taraf hidup mereka. Ya, saya sangat setuju dengan program transmigrasi yang bertujuan jelas seperti ini agar dapat mengimbangi kehidupan sosial di daerah dan perkotaan. Dengan melalui program transmigrasi secara tepat dan cepat, para pekerja akan dapat dilatih dan dipekerjakan dalam proyek pencarian mata air pegunungan dan kemudian mendistribusikannya ke perusahaan untuk diolah ataupun disalurkan ke masyarakat sekitar yang membutuhkan. Sejalan dengan program ini, aktivitas reboisasi juga bisa dilakukan secara efektif, dikarenakan pencarian mata air terkadang juga memerlukan aktivitas penggalian yang apabila tidak dikendalikan maka dapat merusak lingkungan.
Hal lainnya yang dapat dikembangkan adalah pemanfaatan air bersih tersebut (setelah melalui beberapa langkah di atas) ke dalam sistem pendingin ruangan. Saya sangat mengimpikan adanya perusahaan masa depan yang menggunakan air sebagai sumber pendingin ruangan, tidak lagi memakai CFC dan berbagai jenis gas berbahaya lainnya. Secara tidak langsung, apabila ada kemungkinan untuk teknologi seperti ini, maka akan memperluas lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Berangkat dari sistem pendingin ruangan, maka beragam teknologi lainnya juga bisa memakai air sebagai sumber komoditi utamanya (harus dicari tahu bagaimana untuk tidak mempertemukan listrik dan air dalam satu waktu). Dengan begitu maka sanitasi akan tercapai dan masyarakat tidak perlu lagi takut dengan gangguan penyakit yang biasanya ditularkan melalui media cair.
Sangat disarankan juga untuk melakukan pengecekan kesehatan gratis bagi masyarakat kurang mampu (hal ini bisa dilakukan bersamaan dengan perekrutan mereka sebagai tenaga kerja dalam berbagai program pembangunan air minum dan penanggulangan sampah). Hal ini dilakukan guna untuk mengembangkan kegiatan sanitasi yang sekaligus dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Ada baiknya apabila diadakan studi banding ke negara-negara maju lainnya yang telah lebih terdahulu mengembangkan berbagai teknologi ramah lingkungan dan mampu menunjang kebutuhan air bersih bagi masyarakatnya. Menyejajarkan standar kebersihan kita dengan Negara-negara maju tersebut sangatlah penting, karena mendorong kita untuk terus membina kebersihan lingkungan dan makanan agar dapat melewati seluruh prasyarat dari standar itu sendiri.
Dapat saya perjelas lagi dari poin awal essai ini, bahwa untuk merealisasikan program penunjangan kualitas hidup masyarakat dengan membangun air minum dan sanitasi, diperlukan terlebih dahulu kesadaran dari diri masing-masing akan pentingnya hal tersebut bagi dirinya pribadi. Tidak cukup dengan kesadaran saja, melainkan harus juga ditunjang dengan sikap teladan (contoh) dari sukarelawan yang mencintai lingkungan ini, contohnya penanaman pohon, proses penyaringan air yang baik dan benar. Berlanjut ke arah pengolahan sampah yang efektif dapat secara tidak langsung menyelesaikan persoalan sosial (contohnya penanganan lumpur Sidoardjo). Pelatihan yang intensif kepada para calon tenaga kerja disertai dengan transmigrasi ke wilayah yang masih perlu dikembangkan, juga merupakan rangkaian dari langkah-langkah inisiatif dalam program ini. Belajar ke negeri tetangga sungguh dapat menjadi dorongan bagi para praktisi muda untuk mencontoh cara kerja efektif mereka dalam mewujudkan program lingkungan seperti ini. Hingga pada akhirnya yaitu pengecekan kesehatan secara rutin yang dianggap sebagai langkah terakhir untuk memastikan bahwa umpan balik dari program ini adalah positif dan sesuai dengan harapan kita semua.
Kesemua langkah di atas sangat erat kaitannya dengan air bersih, dan tetap menjadi prioritas utama bagi kita untuk mendahulukan program pengadaan air bersih bagi masyarakat.
Beragam penelitian telah menunjukkan ribuan manfaat dari air bersih itu sendiri. Salah satu yang paling penting adalah untuk meningkatkan kesehatan manusia. Air bersih adalah satu-satunya obat alami yang mampu membantu menangkal datangnya penyakit ke dalam tubuh kita.  Oleh karena itu, tunggu apalagi? Mari kita segera memulainya dari hidup kita sendiri. Sekian.

Fly to Your Dream Job!

[Tulisan ini saya buat dalam rangka mengikuti sebuah perlombaan menulis artikel]

Berbicara mengenai perekrutan karyawan di sebuah perusahaan, tentunya tidak pernah lepas dari kenyataan banyaknya  pertimbangan yang harus dihadapi oleh pihak HRD perusahaan tersebut. Hal ini juga tidak terlepas dari keinginan dan impian para calon karyawan yang lulus dari perguruan tinggi. 

Seringkali kita melihat fakta bahwa tidak jarang perusahaan merasa tidak cocok dengan karyawan sehingga terpaksa harus memberhentikan mereka dari perusahaan mereka. Apa yang terjadi disini? Beragam argumen muncul guna membahas hal tersebut, salah satunya adalah masalah moralitas. Tidak jarang berbagai kasus kriminalitas muncul di dalam perusahaan, seperti perselisihan pendapat yang brutal antar sesama karyawan (ataupun bawahan-atasan), tindakan penyelewengan finansial perusahaan, hingga tindakan diskriminasi di dalam perusahaan. Semua itu tentu menciptakan suasana buruk yang secara pasti menurunkan kinerja perusahaan secara menyeluruh. Mengapa hal itu bisa terjadi?

Pertama, kita telah melewati situasi ekonomi yang buruk, dengan terjadinya krisis global, yang tidak hanya merugikan pihak-pihak elite di dunia perusahaan tetapi juga kepada garis bawah perusahaan. Harga bahan pokok yang melambung, taraf hidup yang semakin meninggi, dan juga semakin terbatasnya anggaran perusahaan kepada kesejahteraan karyawan telah menjadi permasalahan pokok terjadinya kasus kriminalitas tersebut. Tidak jarang keadaan emosional tersulut dikarenakan masalah tersebut.

Kedua, adalah menyangkut masalah ketidakcocokan antar sesama pekerja. Hal ini memang menyangkut soal kepribadian masing-masing orang yang tidak bisa ditarik kesimpulan secara pasti. Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri bahwa “intelektual dan pengalaman” bermain di dalam permasalahan ini. Terkadang pihak yang satu merasa lebih eksklusif dan berpengalaman dibanding pihak lainnya sehingga tidak mau menerima masukan dan saran dari pihak lainnya dan muncullah perselisihan tersebut. 

Ketiga adalah mengenai kebijakan perusahaan yang biasanya tidak terlalu mendukung kesejahteraan karyawan, sehingga karyawan merasa terabaikan dan tidak bersemangat dalam pekerjaannya untuk mencapai visi perusahaan. Sangat diperlukan kondisi mental yang tahan banting dari karyawan dan juga perhatian dari atasan untuk mengatasi semua hal itu.
Melihat hal tersebut, kini banyak pihak universitas yang mengejar keterampilan softskill pada anak didiknya, di samping keterampilan akademik. Mahasiswa dibiasakan untuk berorganisasi dan melatih kemampuan sosialnya secara nyata dengan mengadakan berbagai kegiatan ekstrakurikuler semasa mereka berada di bangku kuliah, sehingga lulusan sarjana saat ini boleh dikatakan berkualitas dan mampu menghindari permasalahan-permasalahan yang telah dijabarkan di atas.

Oleh sebab itu, ada baiknya perusahaan saat ini tidak lagi mengutamakan pengalaman kerja dari calon karyawan, akan tetapi juga mempertimbangkan kualitas dari seorang lulusan sarjana, sekalipun masih fresh graduate, karena mereka tidak hanya terdidik secara intelektual akan tetapi juga secara moral. Hal ini tentu dapat membantu perusahaan mencapai visi secara maksimal.

Semut dan Burung

[Tulisan ini saya buat dalam rangka mengikuti lomba penulisan artikel]


Illustrasi seekor semut yang sedang mengangkat tiga buah roti dan burung yang sedang membuka paruhnya tersebut mengingatkan saya akan sesuatu pengalaman tersendiri yang pribadi. Semut itu adalah orang yang menjadi role model / panutan saya saat ini yaitu para peserta Paralympic (sejenis Olimpiade yang ditujukan khusus kepada orang-orang dengan keterbatasan fisik), dan burung itu adalah saya sendiri. Mengapa demikian? Berikut saya jabarkan.
Semut tersebut berukuran sangat kecil jika dibandingkan dengan roti yang diangkatnya itu, akan tetapi dia masih sanggup untuk mengangkatnya (bahkan tiga keping sekaligus). Hal ini bagi saya mengartikan bahwa terkadang orang dengan keterbatasan fisik yang seadanya (atau malah cacat) justru mampu mengangkat beban (menghadapi beban) yang jauh lebih berat dan besar dibandingkan dirinya. Roti yang diangkat di punggung semut itu sendiri adalah makanan juga bagi sang semut, menandakan bahwa semut tidak menganggap bahwa beban di punggungnya itu adalah masalah, melainkan adalah suatu perjuangan untuk memperoleh kemakmuran. Para peserta Paralympic itu adalah kalangan orang dengan segala kepercayaan dirinya dan akhirny mampu mengubah keterbatasan dirinya menjadi pemacu semangat hidup untuk terus berkarya meniti masa depan.

Burung yang lebih besar ukurannya dengan semut tersebut dan juga sedang membuka paruhnya adalah representative dari diri saya sendiri, dimana terkadang apa yang telah kita miliki tidak kita hargai atau manfaatkan dengan sebaik-baiknya dan sewajarnya. Justru kita seringkali hidup dalam bayangan orang lain, mengagumi seseorang. Tapi, justru terlalu fokus dengan apa yang telah dikerjakan oleh semut, makanya meskipun burung berdaging tebal dan juga memiliki sayap, akan tetapi tetap merasa kesulitan pula dalam mengikuti kata hati yang sesungguhnya.

Satu hal yang saya penting pegang sebagai prinisp dasar adalah bahwa kehidupan itu hanyalah sekali, maka patut bagi kita sebagai insan manusia yang hendaknya mengartikan hal itu sebagai pemicu perjuangan kita di masa-masa sulit untuk tetap bertahan dan mendapatkan hasil indah sesuai dengan yang diinginkan. Isilah dengan beragam hal yang berguna dan tidak merugikan orang lain maupun diri sendiri. Pantang menyerah untuk mengejar impian, ingatlah bahwa apabila Thomas Alva Edison putus asa pada percobaan ke-1999 nya, mungkin bukan dia yang menemukan lampu pijar. Kita tidak akan pernah tahu tentang kejadian masa depan. Kita hanya akan mampu untuk menebaknya dengan segala kerja keras dan keyakinan diri kita.

Kamis, 17 November 2011

Integrated Marketing Communication [part 1]

Hei fellas!
it's been a long time since i seldom post anything in here again.
So, as usual am gonna using this blog to post my thoughts again related to my discipline (or you can call it as "reason-to-clarify", because i will use it to learn for my mid exam :P)

First is about Website, everybody do know about web site right? According to Rayport and Jaworski (2004), web site has increasingly being used because it became tool of marketing communications. We can know something faster via sharing through web site.

We should prepare well for our organization's web site,
Here are the 7Cs of the customer interface (things you should know before making an awesome web site):
1. Context = layout and design of web site
2. Content = text, sound, pictures and video material
3. Community = site-enabled, user-to-user communication
4. Customization = site facilities to tailor itself to user needs
5. Communication = the ways in which two-way communication is enabled
6. Commerce = ability to enable commercial transactions
7. Connection = the number of other linked sites.

That's for web site. We'll meet again for another part, stay tune!