Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Labels

Senin, 30 Mei 2011

Paper PTK - Technology, Social, and World

PAPER ULASAN

Gary Krug. (2005). Communication Technology and Cultural Change, Sage Publication. London. ISBN: 07619 7200 5 (GK) – Chapter 6-7

“TEKNOLOGI, SOSIAL, DAN DUNIA”

Disusun oleh:

ZUKARLITA
1301044246

04PGO

MARKETING COMMUNICATION

2010/2011

BINUS UNIVERSITY

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat bimbingan-Nya lah paper ulasan ini berhasil diselesaikan pula. Paper ulasan kali ini akan mengulas tentang bagaimana sudut pandang Gary Krug membahas perubahan kebudayaan terkait dengan perkembangan teknologi yang ada dari waktu ke waktu. Perubahan ini bersifat global dan terkait dengan bagaimana pola kehidupan manusia saat itu. Hal tersebut menunjukkan suatu fakta baru bahwa teknologi sungguh merupakan katalisator yang sangat ampuh untuk perubahan kehidupan umat manusia.

Di dalam paper ulasan ini, saya tidak akan terlalu banyak mengutip pernyataan Gary dan kemudian mengkritiknya habis-habisan, melainkan saya lebih banyak mengambil penerapan teori dan pandangan Beliau tersebut ke kehidupan nyata saat ini, kemudian mencocokkannya apakah sesuai atau tidak sehingga dapat dianalisa kebenarannya dan bukti signifikan dari perubahan dunia itu sendiri secara mengglobal. Saya kira dengan cara pembahasan seperti ini akan lebih mempermudah pemahaman pembaca sekalian terhadap jalan pemikiran yang saya pilih dalam mengulas pembahasan artikel Gary Krug tersebut.

Berangkat dari alasan itulah, paper ulasan ini dibuat. Diharapkan para pembaca dan saya sendiri dapat memperoleh penambahan pengetahuan serta pandangan baru mengenai pengaruh teknologi terhadap kelangsungan hidup kita dalam bernegara dan berbangsa.

Paper ulasan yang menjadi tugas mandiri terakhir dalam mata kuliah “Perkembangan Teknologi dan Komunikasi” ini tentunya bukan merupakan tulisan terakhir pula dari saya untuk terus mengkritisi dunia teknologi masa kini, semoga paper ini menjadi inspirasi bagi kita untuk terus berkarya. Terima kasih.

Penyusun

Zukarlita


"Science without religion is lame. Religion without science is blind."
Albert Einstein


BAB I

PENDAHULUAN

I.I LATAR BELAKANG

Mungkin kita tidak menyadari secara langsung tentang apa yang telah berubah dalam dunia yang kita tempati saat ini. Perubahan dunia secara berkala tersebut secara diam-diam sudah ”meracuni” gaya hidup kita dan terkadang berakibat fatal apabila tidak diimbangi dengan tindakan dan pemikiran yang tepat dan bijak. Perubahan ini baru dapat kita lihat secara utuh apabila kita membuka lagi lembaran terdahulu mengenai sejarah hidup manusia secara periodik dan kemudian membandingkannya dengan kehidupan saat ini.

Pandangan dan panutan filosofi hidup juga turut dipengaruhi dengan adanya kemunculan teknologi baru. Pernahkah kita mendengar kaum ateis? Menurut pada pengertian di Wikipedia Indonesia, dikatakan bahwa ateisme adalah sebuah pandangan filosofi yang tidak memercayai keberadaan Tuhan dan dewa-dewi ataupun penolakan terhadap teisme. Hal ini terjadi dengan seiring tidak terkuaknya bukti kongkrit mengenai keberadaan Tuhan dan pengikut kaum ini lebih cenderung berpihak pada apa yang “terlihat secara kasat mata” dan tentunya perkembangan teknologi yang merambah menjadi salah satu pujaan mereka untuk tetap menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, bukan nilai ketuhanan.

Dewasa ini, hampir sebagian besar umat manusia telah berada di bawah kontrol teknologi, bukannya yang memegang tampuk kendali atas semua itu. Kita dapat melihat bahwa anak-anak muda zaman sekarang seringkali tidak mengindahkan adanya kebersamaan dengan keluarga, melainkan memilih untuk tetap terbuai dalam kemesraan memainkan video game di alat-alat teknologi canggih yang dimilikinya.­­ Dan yang paling miris lagi adalah persoalan pornografi yang tiada hentinya menyebar melalui jaringan teknologi yang mumpuni. Semua persoalan ini hendaknya menjadi tanggung jawab kita bersama untuk membangun masyarakat yang lebih baik.

I.II TUJUAN PEMBAHASAN

Paper ulasan ini disusun dengan tujuan sebagai berikut:

· Memperoleh pengetahuan akan hubungan fenomena dunia yang terjadi dengan apa yang menjadi sudut pandang seorang Gary Krug.

· Mendapatkan pemahaman baru tentang perubahan dunia dan sosial (peristiwa, permasalahan beserta penyelesaiannya), serta proyeksi akan bagaimana perubahan yang akan terjadi pada masa yang akan datang.

· Menuangkan pemikiran kritis terhadap suatu persoalan yang terjadi.

· Melatih kita untuk terus bersikap bijak dalam menerima informasi yang sangat banyak dari peralatan teknologi yang dapat mengaburkan tujuan awal hidup kita.

Keempat tujuan di atas sudah cukup merangkum apa yang akan kami inginkan dari pembahasan materi Gary Krug. Terima kasih.


BAB II

PEMBAHASAN

“Teknologi, Kebenaran, dan Kompleksitas Industri Militer”

(“Technology, Truth, and the Military-Industrial Complex”. Page 134)

Dikatakan pada awal paragraph bahwa kebenaran tidak pernah akan menjadi hal yang sederhana. Hal ini akan lebih baik apabila dijelaskan terlebih dahulu apa yang menyebabkan demikian (alasannya). Setelah saya tinjau dari beberapa karya penulis lainnya, kebenaran itu sungguh rumit, tergantung dari bagaimana sudut pandang dan pemikiran (mindset) orang yang menerimanya. Salah satu faktor yang turut menentukan batas-batas kebenaran adalah teknologi, dalam hal ini lebih secara spesifik adalah media massa. Sebagai contoh, saya akan mengangkat permasalahan Lumpur Lapindo yang seringkali timbul dan tenggelam sebagai pokok bahasan media massa. Sebagian besar media massa menyatakan tentang rasa keprihatinan serta kebencian masyarakat terhadap sikap PT Lapindo Brantas yang dianggap tidak bertanggung jawab. Sebagai seorang yang awam, akan dengan mudah berita itu dianggap sebagai suatu kebenaran dan kemudian bisa saja terdorong untuk melakukan berbagai aksi anarkis terkait dengan “kebenaran” yang dia pegang tersebut.

Standar Pengukuran

Tidak dapat dipungkiri bahwa sangat sulit untuk menentukan alat ukur atau patokan terhadap suatu pernyataan untuk kemudian dianggap sebagai kebenaran yang sebenarnya. Kini dunia maya dan teknologi sudah mampu menjadi sumber kebenaran yang dianggap “benar”. Perlu ditarik sebuah benang merah penting dari artikel Gary Krug itu bahwa teknologi memang berasal dari kebutuhan kehidupan militer untuk mengakses kebenaran secara cepat dan tepat. Memex merupakan produk pioneer dalam menyebarluaskan informasi tentang kebenaran di tahun 1918. Kebenaran dianggap benar setiapkali mereka mendapatkan informasi dari perangkat Memex tersebut, karena yang bisa mengaksesnya hanya beberapa orang tertentu saja. Hal ini membuat penggunanya tidak merasa curiga akan adanya pencurian “kebenaran” dari data tersebut. Mari kita bandingkan dengan zaman sekarang, dimana pernyataan dan dokumen penting dari berbagai instansi pemerintah dapat mudah menyebar ke masyarakat (terkuak) dengan adanya situs berbagi seperti Wikileaks. Dan tentunya sebagai anggota masyarakat di era modern ini, kita harus dapat mengkritisi apakah informasi-informasi tersebut adalah hal yang benar atau malah informasi rekaan yang dibuat untuk memperoleh sensasi sesaat dari publik?

“Informasi dan Tatanan Sosial: Pornografi dan Publik”

(“Information and Social Order: Pornography and the Public”)

Saya cukup setuju dengan pernyataan dari Gary bahwa di kebudayaan yang sudah sangat modern ini, kita masih tidak sanggup untuk menyelesaikan suatu kontradiksi (perbedaan pendapat) khususnya dalam pemikiran tentang kehidupan sosial. Terlalu banyaknya informasi yang beredar di internet justru membuat kisruh dunia pendidikan, khususnya anak-anak yang masih belum terkategorikan sebagai orang dewasa karena kebanyakan dari informasi yang beredar itu adalah termasuk dalam konten pornografi. Bagaimana Negara dan publik dapat meresponnya? Tentu saja hal ini diperlukan kesadaran dari semua pihak bahwa pornografi akan dapat diatasi selama daya tangkap dan pemikiran (pengolahan informasi) di setiap anggota masyarakat itu positif, tidak dikendalikan oleh nafsu belaka.


BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan yang dapat saya tarik adalah bahwa semua teknologi yang dilahirkan saat ini memiliki akibat yang cukup kompleks terhadap kebudayaan dan pola hidup manusia (baik akibat positif maupun negatif). Solusi yang dapat ditawarkan adalah dengan menanamkan pola pikir yang netral, bijak dan kritis terhadap informasi yang diterima tersebut. Sehingga pada akhirnya, kejahatan di ruang publik dapat terkendali dan malah dikurangi.

Adapun saran dan kritik akan saya terima dengan senang hati, silahkan memberitahu saya secara langsung ataupun tidak. Diharapkan saya dapat lebih menyempurnakan tulisan saya di karya tulis saya selanjutnya. Terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

· Gary Krug. (2005). Communication Technology and Cultural Change, Sage Publication. London.

· http://www.mdtamerica.com/images/Technology4.jpg (diakses pada tanggal 30 May 2011)

· http://en.wikipedia.org/wiki/Memex (diakses pada tanggal 30 May 2011)

· http://rescomp.stanford.edu/~cheshire/EinsteinQuotes.html (diakses pada tanggal 30 May 2011)

· http://id.wikipedia.org/wiki/Ateisme (diakses pada tanggal 30 May 2011)

· http://www.upress.umn.edu/Books/M/miller_technologies.html (diakses pada tanggal 30 May 2011)

· http://larrycuban.wordpress.com/2010/01/06/a-naked-truth-about-technologies-in-schools/ (diakses pada tanggal 30 May 2011)

· http://nasional.kompas.com/read/2010/02/15/12471965/Lumpur.Lapindo.Jadi.Perhatian.Dunia (diakses pada tanggal 30 May 2011)

· http://en.wikipedia.org/wiki/WikiLeaks (diakses pada tanggal 30 May 2011)

· http://topnews.ae/images/Cyber-Porn.jpg (diakses pada tanggal 30 May 2011)

Alamat URL Blog saya:

http://charleeta.blog.binusian.org/2011/05/23/advertising-and-public-relations/

http://charleeta-tzu.blogspot.com/2011/05/paper-ptk-advertising-public-relation.html

Minggu, 22 Mei 2011

Paper PTK - Advertising & Public Relation

Response Paper

Perkembangan Teknologi dan Komunikasi

Joseph Turow (2009). Media Today : An Introduction To Mass Communications. 3rd Edition

Part Five : Advertising and Public Relations

Zukarlita 1301044246 04PGO

Marketing Communication

Department of Communication and Multimedia

Binus University

PENDAHULUAN

Seringkali kita tidak dapat membedakan isi dan tujuan dari konten yang dimuat di media komunikasi massa. Padahal perbedaan keduanya tersebut sangat penting untuk diketahui guna mencari tahu apa sebenarnya yang telah diperbuat oleh sang perusahaan. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam iklan yang murni itu biasanya memuat banyak hasil rekayasa dan terkesan berlebihan. Di lain pihak, konten yang memuat tentang kegiatan perusahaan dan berbagai klarifikasi, baik komentar atas keluhan konsumen maupun sekilas cerita tentang apa saja aktivitas perusahaan itu merupakan bagian dari kampanye perusahaan (Public Relation).

Tulisan ini pun dibuat guna mengkritisi tulisan dari Joseph Turow dan mengambil inti dari apa sebenarnya yang menjadi latar belakang dari pembuatan iklan, baik produk (advertisement) maupun perusahaan (public relation).

Semoga tulisan ini dapat membantu kita semua dalam menyusun kerangka pemahaman kita terhadap perkembangan teknologi komunikasi yang telah banyak membantu kita dalam penerapan iklan saat ini. Terima kasih.

Penulis,

Zukarlita

ISI

Buku karangan Joseph Turow tersebut cukup membuat saya tercengang, khususnya dalam penjabaran arti dari “periklanan” itu sendiri berdasarkan latar belakang terjadinya suatu bentuk “periklanan”. Memang benar apabila “periklanan” itu adalah suatu seni dalam menciptakan keinginan dari konsumen tentang produk kita dengan cara menginformasikan seunik mungkin apa yang ditawarkan oleh produk kita tersebut. Masalah yang berkembang adalah di Indonesia sendiri berlaku peraturan bahwa iklan rokok tidak boleh ada gambar rokoknya (produk aktualnya). Tentu saja ini sedikit menyimpang dari pengertian awal, dimana informasi yang terkandung di dalam iklan mungkin tidak sepenuhnya dimengerti oleh para penonton atau calon konsumen yang berpotensi. Dari sisi tersebut, saya berpikir bahwa ada kalanya iklan tidak hanya secara langsung membuat penonton ingin membeli produk tersebut, melainkan juga dapat sekadar memasyarakatkan merek semata. Peraturan yang cukup ketat itu cukup merangsang para pembuat iklan untuk berpikir secara kreatif dalam menyusun iklan yang tetap berpengaruh terhadap grafik penjualan.

Jenis-jenis agensi periklanan

Berdasarkan buku tersebut, tertera 6 (enam) jenis agensi periklanan yang ada, contohnya agensi bisnis ke bisnis, agensi konsumen, agensi iklan umum, agensi iklan khusus. Akan tetapi, setelah saya tilik dari sumber ilmu lainnya, dikemukakan bahwa terdapat 9 (sembilan) jenis agensi periklanan, contohnya agensi periklanan pelayanan terbatas, spesialis, agensi media sosial, agensi mesin pencari dll. Letak perbedaan yang signifikan di antara pemaparan jenis agensi periklanan itu adalah bahwa Joseph Turow lebih memfokuskan diri pada subjek yang dituju dalam sebuah iklan (misalnya iklan yang ditujukan untuk konsumen bisnis) sedangkan kesembilan jenis agensi periklanan yang saya dapatkan dari sumber lain itu lebih memfokuskan kepada saluran yang digunakan untuk menyebarluaskan iklan tersebut.

Kaitannya dengan dunia Public Relation

Dikatakan sekali lagi oleh Joseph Turow (halaman 606) bahwa iklan diciptakan untuk membuat suatu pandangan atau gambaran yang diinginkan oleh perusahaan dan ini tentu saja sejalan dengan fungsi Hubungan Masyarakat khususnya pembentukan citra positif dari sebuah perusahaan. Iklan dapat merepresentasikan bagaimana profil perusahaan itu. Kita ambil contoh saja Danone Aqua, dimana hampir dalam setiap iklannya disatukan dengan program PR dari mereka, yaitu program Tanggung Jawab Sosial (Corporate Social Responsibility). Hal ini memberikan kita respon yang bagus terhadap produk dan sekaligus profil perusahaan dari PT. Tirta Investama (perusahaan Aqua) yang diibaratkan sangat peduli dan membantu sesama yang kurang beruntung dan tidak bisa mendapatkan air bersih.

Iklan dan media interaktif

Tidak terlalu banyak dibahas oleh Joseph Turow mengenai media yang dipakai untuk meluncurkan berbagai iklan dari teori yang dihasilkannya. Padahal sangat penting untuk mengenal senjata iklan yaitu media / saluran yang akan kita pakai untuk memasyarakatkan produk perusaaan tersebut. Belakangan ini, hampir semua perusahaan besar memakai media sosial dengan baik untuk menggencarkan iklan mereka, karena sebagian besar dari masyarakat dunia telah mengenal baik dunia maya / internet, dan mereka selalu berkomentar langsung mengenai apa yang mereka temukan. Hal tersebut cukup memberiikan kontribusi yang signifikan untuk peningkatan brand awareness dari pelanggan.


PENUTUP

Adapun kesimpulan yang dapat kita tarik adalah bahwa perkembangan teknologi komunikasi khususnya internet sangat mempengaruhi seseorang / sebuah perusahaan dalam memposisikan perusahaan dan produk mereka. Terkait pula dengan sifat interaktif dari media tersebut, yang mengharuskan perusahaan untuk sedemikian berhati-hatinya terhadap segala bentuk publikasi agar dapat menghindarkan diri dari kesalahpahaman publik yang mengancam keeksistensian suatu perusahaan.

Apabila ada saran dan kesan dari Anda, silahkan Anda memberitahu saya karena saya yakin dan percaya bahwa tidak ada satupun hasil karya manusia yang sempurna dan dengan adanya umpan balik-lah, saya dapat memperbaiki karya ilmiah saya ke depannya,

Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih untuk kesediaan Anda membaca karya tulis saya ini.

SUMBER PUSTAKA

http://books.google.com/books?id=KusZ29rZHYIC&printsec=frontcover&dq=media+today&hl=en&ei=OfjYTbuaKM2GrAejk9SHBg&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=1&ved=0CCkQ6AEwAA#v=onepage&q&f=true

http://garismimpi.multiply.com/journal/item/7

http://en.wikipedia.org/wiki/Advertising_agency

http://en.wikipedia.org/wiki/Public_relations

http://www.aqua.com/kampanye

http://www.hematitumentari.com/

Minggu, 15 Mei 2011

Konvergensi Media dan Kebudayaan


PAPER ULASAN

Oleh:

Zukarlita 1301044246 04PGO


QUENTIN TARANTINO’S STAR WARS?

Pendahuluan

Seringkali kita mendengar istilah “konvergensi” dalam keseharian kita. Konvergensi disini diartikan sebagai kondisi keadaan menuju satu titik pertemuan atau memusat (merujuk pada pengertian yang diberikan website http://kamusbahasaindonesia.org/konvergensi). Konvergensi ini juga mencakup beberapa bidang kehidupan, salah satunya adalah bidang kebudayaan. Di dalam paper ini, akan ditinjau pemahaman tentang konvergensi budaya dari adanya film “Star Wars” yang cukup fenomenal di seluruh dunia. Pembahasan mengenai konvergensi ini cukup penting untuk memberikan kita suatu pengantar teori dalam memahami kerangka pemikiran bagaimana suatu budaya rakyat dapat diangkat menjadi suatu hal yang popular dan dianggap tidak lagi sekedar budaya rakyat semata. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.

Pembahasan

Apa sebenarnya yang dibahas dalam chapter 4 tersebut? Dari awal tulisan di chapter itu, dapat kita temukan kata-kata dari direktur Star Wars, Jason Wishnow, bahwa Star Wars merupakan katalisator atau hal yang mempercepat lahirnya masa depan dari sinema (film). Star Wars sungguh merupakan perpaduan yang unik antara kekreatifan manusia dengan media modern yang ada. Kita ketahui sendiri bahwa Star Wars bercerita tentang segala polemik yang terjadi di luar angkasa. Film besutan George Lucas ini begitu menarik dan berpengaruhnya di dunia, hingga dinobatkan sebagai film yang meraup pendapatan ketiga terbesar setelah Harry Potter dan James Bond. Fenomena ini otomatis melahirkan berbagai bentuk kekreatifan lainnya, diantaranya adalah pembuatan video amatir dari para fans hingga munculnya website yang menjadi wadah distribusi informasi sekaligus penampung ide bagi para penggemar setia mengenai hal terbaru menyangkut film favorit mereka tersebut.

Pertama-tama akan saya bahas terlebih dahulu mengenai konvergensi media. Awalnya Star Wars diciptakan hanya bisa diputar di bioskop layar lebar. Dengan seiring makin berkembang pesatnya zaman, perkembangan media lainnya seperti internet pun meluas. Konvergensinya terjadi ketika Star Wars mulai dipublikasikan melalui website (guna menjaring fans dan juga menjaga hubungan baik dengan para fans), publikasi secara media cetak kemudian menuju ke produksi untuk pemutaran di rumah.

Apa yang terjadi setelahnya, adalah munculnya film-film dengan topik serupa, akan tetapi agak berbeda dari segi jalan ceritanya. Film-film inilah yang menjadi bukti begitu kuatnya pengaruhnya terhadap para fans dimana Star Wars telah dianggap sangat sesuai dari segi ide penceritaan yang mengangkat peristiwa-peristiwa sosial penting yang menggambarkan fenomena politik di kehidupan nyata.

Berkaitan dengan hal tersebut, muncul pula parodi-parodi singkat Star Wars, seperti George Lucas in Love yang merupakan sebuah lelucon dari karya Shakespeare in Love sebagai suatu bentuk penghormatan dari sebuah generasi pelajar terhadap George Lucas yang telah dianggap sebagai Tuhan di universitas mereka.

Semakin berkembang luasnya kekreativitas manusia untuk menciptakan karya yang hampir sama dengan hasil yang memuaskan merupakan bukti dari konvergensi suatu budaya yang telah berakar dalam. Seperti yang terangkan dalam artikel Chapter 4 itu dimana ada seorang gadis berusia 14 tahun yang mampu menjadi sutradara dalam film sederhana yang dibuatnya, yaitu Kid Wars oleh Dana Smith. Begitu banyaknya video-video amatir yang menerapkan pembelokan jalan cerita yang telah dibuat oleh para penggemar dan inilah yang disebut sebagai suatu bentuk penyatuan kebudayaan.

Berdasarkan sudut pandang pribadi dari diri saya, saya setuju dengan pernyataan yang dimuat dalam artikel tersebut yang mengintisarikan bahwa sebuah kebudayaan baru yang mampu berpengaruh dalam dan luas akan menggerakkan kegiatan penggemarnya untuk berkarya serupa (tidak peduli akan latar belakang sosialnya). Apabila dikaitkan dengan topik komunikasi pemasaran, hal ini diibaratkan promosi produk dan perusahaan kita berhasil mencapai titik puncaknya sekaligus menciptakan perusahaan pesaing baru.

Ditelaah dari pemahaman dan wawasan pribadi, saya mendapatkan suatu pembelajaran baru bahwa muncul dan berkembangnya inovasi dari teknologi informasi dan komunikasi sungguh merupakan titik awal yang dapat menciptakan fakta yang tidak akan pernah kita bayangkan sebelumnya. Kembali lagi ke pernyataan awal yang menyatakan bahwa Star Wars dianggap sebagai katalisator untuk kemajuan film masa depan, saya ingin sedikit mengutarakan pendapat saya bahwa Star Wars tidak bisa sepenuhnya dianggap sebagai katalisator, sebab sebagian besar dari penyebab berkembang pesatnya pengaruh dari film tersebut adalah dikarenakan perkembangan pesat juga dari teknologi informasi dan komunikasi. Apakah dapat kita bayangkan apabila Star Wars diproduksi dan dimunculkan di masa-masa ketika semua teknologi masih belum terlalu merakyat dan berkembang? Tentu saja hal yang terjadi adalah sebuah stagnansi, dimana semua penontonnya hanya bisa bertindak pasif, tanpa bisa berkreasi dengan otak kirinya untuk menciptakan hal-hal yang serupa dengan film yang ditontonnya.

Bukti lain dari konvergensi kebudayaan ini adalah kehadiran kostum para tokoh Star Wars di dalam perayaan Halloween, yang membuktikan bahwa fenomena modern mampu mengusik kebudayaan rakyat pula (Halloween merupakan kebudayaan asli dari masyarakat Barat). Meskipun video amatir dan cerita rekaan terbaru tersebut merupakan bagian dari konvergensi kebudayaan, hal ini juga mengusik pernyataan mengenai hak cipta dari ide suatu karya. Oleh karena itulah, biasanya video tersebut diciptakan dalam versi parodinya atau lelucon. Star Wars sungguh merupakan contoh yang sempurna untuk menggambarkan fenomena konvergensi media sekaligus budaya.

Penutup

Kesimpulan yang dapat saya tarik adalah dengan bantuan dari suatu teknologi informasi dan komunikasi, kita mampu mengubah hal yang biasa menjadi hal yang dianggap penting oleh suatu kelompok masyarakat. Dan ini juga tergantung dari bagaimana kita menyesuaikan konsep hal tersebut dengan yang terjadi di kehidupan nyatanya. Semoga karya tulis ini dapat membantu membuka pikiran kita tentang pencitraan diri maupun perusahaan yang akan kita jabani di masa depan. Terima kasih.

Sumber literatur lainnya

http://kamusbahasaindonesia.org/konvergensi (diakses pada tanggal 15 Mei 2011)

http://en.wikipedia.org/wiki/Star_Wars (diakses pada tanggal 16 Mei 2011)

http://web.mit.edu/cms/People/henry3/starwars.html (diakses pada tanggal 16 Mei 2011)

http://www.listal.com/viewimage/866355 (diakses pada tanggal 16 Mei 2011)

-terima kasih-

Charleeta.blog.binusian.org

Charleeta-tzu.blogspot.com